Your eyes are pretty.

rain
3 min readOct 14, 2024

--

Jingga tarik dan hembuskan nafasnya entah untuk yang keberapa kali untuk yang saat ini. Nyatanya disinilah ia, duduk kembali di sepanjang pesisir pantai. Biarkan ombak basahi mata kaki, dan angin temani sepi. Ia tidak sendiri, laki-laki kelahiran Juli itu duduk disampingnya terpaku. Tak sanggup berkata-kata lagi setelah tahu penjelasan Jingga tentang semua yang telah terjadi padanya.

Agak sulit diterima, cemburu sempat isi hatinya. Niko tidak tahu bahwa sebelum semua ini Jingga pernah teramat mencintai laki-laki yang sempat buat hatinya aman, yang pernah menjadi rumah untuk singgah sementara meski yang ia rasakan sama luka. Adam dan segala suara dalam dirinya pernah buatnya lebih hidup dari sebelumnya.

“What's it like to fall in love, Ji?”

Jingga tertawa miris dalam diamnya, seringai itu tunjukkan bahwa ia tidak ingin menjelaskan bagaimana rasanya sebab, “aku lupa. It's fun yet it hurts.” Jingga kemudian berikan jeda sebelum ia kembali katakan, “kamu pasti pernah jatuh cinta juga kan?”

Niko menatapya kemudian, lebih lama dari biasanya sebab saat itu ia pilih untuk selami manik mata Jingga bak obsidian indah, coklat gelap berkilauan penuh harap. Pernah, Niko pernah jatuh cinta. Niko pernah jatuh cinta pada senyum, pada hening dan juga pada gerakan bahasa isyaratnya yang indah.

Jingga menunggu lama demi sebuah jawaban dan yang dilakukan Niko hanya memandang sebelum pada akhirnya mengangguk. “Ya, pernah.”

Sang Sagitarius menoleh kembali dan tersenyum. Ia lega, bahwa lawan bicaranya pernah berada di posisi yang sama yang pernah ia rasakan. Sebab jatuh dan cinta merupakan sesuatu yang tak mudah dijelaskan oleh kata.

Angin berhembus sedikit lebih kencang, terbangkan ombak sedikit lebih tinggi, buat pepohonan lebih banyak menari, angin kencang bertiup itu membawa butiran pasir yang langsung menerpa wajahnya.

Laki-laki itu mengernyit sebelum akhirnya ia spontan memejamkan matanya lebih keras. Pasir halus itu berhasil masuk ke matanya. Ia segera menggosok-gosok matanya, tapi hanya membuat rasa perih semakin menjadi-jadi.

Di tengah kebingungannya, ia merasakan seseorang mendekat. "Tunggu, jangan digosok terus. Malah tambah parah nanti, sini aku bantu," suara lembut Niko terdengar di dekatnya. Ia sempat dengan hati-hati menahan pergelangan tangan Jingga untuk tidak menggosok matanya dengan tangan kosong. Jingga berhenti, masih memejamkan mata, dan mendengar suara Niko lebih dekat lagi. "Boleh aku tiup, ya?" katanya, terdengar ragu tapi juga tulus.

Jingga mengangguk pelan, tidak ada pilihan lain. Beberapa detik kemudian, ia merasakan angin hangat lembut dari tiupan pria itu menyapu wajahnya.

"Sudah lebih baik?" tanya Niko setelah beberapa kali tiupan. Jingga perlahan membuka matanya, berusaha berkedip beberapa kali. Rasa perihnya mulai mereda. Ia tersenyum kemudian mengangguk.

Matanya sempat menyipit karena senyum sebelum Jingga kembali perhatikan dengan jelas kilau pada maniknya. Ia berkedip, ia tersenyum, dan semuanya tampak seperti gerakan lambat untuk Niko.

“Your eyes are pretty.”

Jingga menelan saliva sebab pujian yang tak disangka-sangka datang kepadanya. Indah katanya, seolah laki-laki itu berhasil menyelami lebih dalam kebalik manik matanya. Temukan sesuatu yang tersembunyi dari dalam hatinya. Hanya melalui mata, Niko seolah tahu apa yang ia rasakan.

Singkat ia tersenyum sebab bukan kali pertamanya Jingga dapatkan pujiannya. Entah mengapa tubuhnya menghangat saat itu, lebih hangat daripada sinar matahari yang sedikit agak menyengat. Jingga berhasil terlihat merona di balik pujian dan segala yang ia rasakan itu, ia merasa orang lain melihatnya dari kejauhan.

Jingga mengalihkan pandangannya, sementara itu Niko masih terbuai oleh indah matanya. Ia berpikir bahwa mungkin hari ini adalah waktu yang tepat. Atau memang semuanya sudah jelas. Niko bukan orang yang suka menunda, maka saat itu juga dalam waktu yang singkat ia kumpulkan keberaniannya sekaligus dan mengatakannya dengan lembut di samping Jingga.

“Jingga, do you ever want to fall in love again?”

[ ]
rain.

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet