You Should Try to Fall in Love Again

rain
3 min readNov 2, 2024

--

Niko tersenyum begitu mendapati Jinggga melangkahkan kakinya keluar demi hampiri dirinya. “Makasih udah mau ketemu sebentar.”

Jingga tersenyum karena baginya, sebelum sebuah pengakuan itu, Niko tetaplah teman untuknya. Teman yang sesekali dapat hadirkan senyum di tengah prosesnya dalam melupakan sesuatu. Untuknya Niko adalah orang yang mampu buat dirinya percaya, bahwa masih ada seseorang yang dapat berbagi perasaan yang sama dengan dirinya. Maka malam itu, ia tersenyum sambut kedatangannya ke rumah.

“Ada yang mau kamu omongin?”

Niko mengangguk tanggapi bahasa isyarat Jingga.

“Aku nggak tahu harus berterima kasih ke siapa, sementara semesta udah ngasih aku kesempatan buat ketemu kamu.” Niko tundukkan kepalanya pikirkan tentang beberapa hari kebelakang tentang hal-hal menyenangkan bersama Jingga. Dengan percaya diri ia kembali menatap Jingga yang masih tak bersuara.

Bibirnya sunggingkan senyuman, kecil namun Niko tahu senyum itu punyai banyak arti untuknya. Jingga bahagia, meski ada sedikit perasaan bingung dan sungkan, ia berusaha untuk tidak membuat Niko lebih jatuh cinta padanya meski hal itu tidak berhasil.

“Tadi sore aku ketemu kamu di pantai.” Niko katakan itu dengan sangat jelas tanpa bahasa isyarat. Jika ia bertemu dengannya sore tadi, maka itu artinya Niko sudah pasti bertemu Jingga bersama dengan Adam. Jingga terpaku sadari fakta itu, tubuhnya belum mau bergerak sedikitpun untuk balas dengan bahasa isyaratnya. Jingga menunggu Niko selesai berbicara.

“And yes, I saw you with Adam. Aku tahu Jingga, jauh di hati kamu masih ada satu space untuk Adam. From the way you look at him. I really understand how much you love him.

Keduanya sama-sama saling memahami situasi. Jingga tak pernah sebingung ini. Ia tahu semua yang dikatakan Niko memang benar. Benar masih ada satu tempat yang selalu tersisa untuk Adam. Benar bahwa ia menatap Adam dengan cara yang berbeda. Jingga jatuh cinta, dan ia semakin takut untuk akui itu.

“Kamu nggak perlu takut untuk jatuh cinta. You should try to fall in love again. Semua orang pernah kecewa, Jingga. Tapi bukan berarti kamu harus berhenti untuk bisa kembali rasain hal paling menyenangkan di hidup kamu.”

Alih-alih tanggapi semua ucap yang diberikan, Jingga malah terdiam dan terima semua kalimat itu di hatinya. Resapi bagaimana Niko dapat sedikit menyadarkan dirinya bahwa ia masih layak untuk mencintai sesuatu meski dunianya sempat hancur.

“I love you, Jingga.. But I know he’ll love you better. So, before you reject me, can I stay as your friend instead?”

Jingga mengangguk tanpa berpikir panjang. Ia tertawa dalam diamnya. Meski begitu tanpa ia sadari, ia telah setuju dengan semua yang dikatakan Niko tentangnya. Tentang perasaannya, tentang keraguan serta ketakutannya.

Malam itu perlahan Niko dekatinya. Meraih tangan indahnya sembari berikan secarik kertas dilipat menjadi dua.

“That’s the article I wrote about you and the ocean. About how much you are trying to escape and move on, tapi kenyataannya kamu masih duduk di sana dengan nyaman.”

Sekali lagi Niko memang benar. Jingga lakukan semua hanya untuk demi melupakan sesuatu yang buat hatinya tidak baik-baik saja. Semua tentang kota itu, Adam dan bahkan Nata sekalipun. Mulanya Jingga tak ingin menjadi beban untuk mereka, maka ia memilih untuk pergi daripada harus tinggal mewarisi rumah peninggalan sang bunda dengan segala trauma di dalamnya. Kemudian perasaan itu tumbuh menjadi rasa bersalah, semakin kuat kemauan Jingga untuk meninggalkan dunianya di kota besar itu. Ia hidup tanpa suara, meski dapat mendengar dengan baik, Jingga tidak akan pernah bisa dengan lantang menyatakan pendapatnya terhadap sesuatu, Jingga tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari merdunya tawa, Jingga tidak akan pernah bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk didengar oleh orang yang paling dicintainya. Semua hal itu menjadi mula dalam perjalanannya kemari.

Perlahan dengan hati-hati Jingga membuka kertas pemberian Niko. Tertulis alamat website untuk dikunjungi melalui internet.

“Google it.” Pinta Niko padanya sambil ia berikan senyum itu. Jingga balas senyumnya sebelum ia sampaikan terima kasih tak terhingga.

“Terima kasih ya, aku nggak sabar mau baca tulisan kamu.”

“Aku selalu senang menulis tentang kamu seperti aku bisa kenal kamu, Jingga.”

[ ]

rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet