what are we, naka?

rain
2 min readJul 3, 2022

--

Mengetahui bahwa saat itu Gio membawakan 8ce cream favoritnya, Naka mengambil seribu langkah bergegas senang sekali menuruni anak tangga. Sampai bunda bahkan harus berteriak agar dirinya hati-hati.

“Ada Gio di depan…” katanya memberi informasi pada bundanya.

“Padahal kemarin nggak mau ketemu, sekarang ada gio sampe lari-lari begitu..” gumam bunda tak habis pikir melihat tingkah Naka.

Begitu pintu utama rumah terbuka, Naka mendapati Gio mengangkat wadah Mcflurry yang sudah ditunggu-tunggu.

“Makasih Gioo~” katanya berayun. Senang sekali sampai rasanya Naka bisa menari bahagia malam itu.

“Seneng banget..” sindir Gio begitu melihatnya malam ini.

Naka melahap satu sendok Mcflurry yang beruntung masih belum sepenuhnya meleleh, kemudian ia mengangguk dengan senyum bulan sabitnya.

“Mood nya lagi bagus, terus gio bawain ice cream hehe.”

Gio lagi-lagi mengusap surai hitam Naka dengan lembut.

“Gio ada apa kesini?” Naka sibuk dengan ice creamnya, sementara Gio terus memandangnya dengan perasaan bingung.

“Naka, Gio sayang sama Naka..” katanya. Padahal tadi rencananya banyak sekali yang akan ia tanyakan hari ini pada Naka, namun Gio hanya bisa menyampaikan hal itu. Bahwa ia sangat menyayanginya.

“Gio?” Naka memanggilnya begitu Gio memeluk tubuhnya sangat erat. Naka nyaris tidak bisa bernafas namun aroma khas Gio yang begitu pekat membuatnya merasa betah dalam pelukan itu.

“Naka juga sayang sama Gio..” balas Naka dengan salah satu telapak tangan mengusap punggungnya.

Begitu Gio melepaskan pelukannya tiba-tiba dengan perlahan, ia kembali menatap Naka dengan bola mata yangs udah berkaca-kaca.

“What are we, naka?” satu pertanyaan Gio berikan kepadanya. Meski hanya satu, namun berjuta jawaban kini memenuhi kepalanya. Gio sempat menduga-duga apa yang akan Naka katakan sebagai jawaban, namun Naka hanya memberikan hening tidak terbalas padanya. Apa yang membuat Naka bingung akan hal ini, bukankah ia menyayanginya?

“We’re just friends, gio,” ucap Naka berikan jawaban pada akhirnya. “like we used to be..” tambahnya melanjutkan.

Ada satu harapan yang jatuh dan tidak bisa dibangun sebab dari jawaban Naka barusan. Gio merasa dirinya adalah yang paling bodoh disini. Benar, seharusnya ia tidak terlalu banyak berharap soal jawaban Naka itu. Tentu saja ia hanya teman dan sampai kapanpun akan terus begitu.

“I don’t understand,” lirih Gio semakin tidak paham dengannya.

“Maafin Naka, Gio…” Naka menggeleng di sela-sela kalimat maafnya.

“Tapi Gio sayang sama Naka.”

“Naka juga sayang sama Gio, Tapi naka butuh waktu buat mulai lagi.. Naka capek Gio, Naka nggak mau kecewa lagi.” Naka menundukkan kepalanya sangat rendah, tidak ada yang tahu bahwa ia sedang menyembunyikan wajah sedihnya dari Gio malam itu.

“Tolong kasih Naka waktu buat percaya lagi sama Gio.” Terakhir, Naka mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan yakin dan penuh janji, yang dilakukannya memang sudah benar. Ia menyayangi Gio sebagaimana Gio menyayanginya, namun untuk mempercayainya, Naka belum yakin akan memberikan itu sepenuhnya pada Gio seperti yang sudah-sudah.

[ ]

rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet