Unusual Lunch

rain
4 min readAug 6, 2022

--

Sunghoon sempat membayangkan bagaimana reaksinya ketika Jay tahu ia dengan suka hati menemuinya di UKS. Tanpa ia sadari ada senyum tipis terlintas di wajahnya ketika ia menyusuri koridor dengan dua onigiri yang ia beli di kantin.

Sunghoon bergerak pelan memasuki pintu UKS yang dibiarkan terbuka siang itu. Pandangannya secara langsung tertuju ke arah ranjang di sudut dekat jendela.

“Jay..”

Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang begitu familiar di telinganya, laki-laki itu kemudian membuka matanya dengan semangat, ia duduk dari tidurnya dan mengabaikan rasa nyeri di kepalanya.

“Eh, nggak usah bangun kalo masih sakit, tiduran aja..”

Jay malah tersenyum dengan polosnya, bahkan sampai membuat kedua matanya terpejam karena senyum bahagianya.

“Ada cowok cantik gini masa mau tiduran sih, hehe…”

Sunghoon kesal, ia merotasikan bola matanya sembari berdecak malas. “Masih aja sih lo..”

“Nih, makan.” Sunghoon memberikan dua bungkus onigiri yang dibawanya, berharap Jay akan memakannya dengan lahap.

“Suapin dong…” pinta Jay dengan nada diayunkan membuat Sunghoon semakin ingin melayangkan pukulan bertubi-tubi padanya.

“Makan sendiri.” balas Sunghoon.

Begitu mendengar pernyataan tegas dari yang lebih muda, Jay sempat menelan salivanya sendiri sebab takut. Dengan begitu ia segera menerima dua onigiri pemberiannya.

“Gue gatau kalo lo sakit, pasti gara-gara kemaren jas hujannya gue pake ya?” Sunghoon mengatakannya sambil sibuk mencari tempat duduk. “emang harusnya gue nggak pulang sama lo–”

Begitu ia telah menemukan tempat untuk duduk, Sunghoon dihadapkan dengan onigiri pemberiannya yang sudah terbuka dari kemasannya.

“Nih makan.”

“Tapi ini kan buat lo.”

“Lo juga harus makan Sunghoon…”

Jay berikan sekali lagi onigiri yang sudah siap di makan dan Sunghoon pelan-pelan menerimanya.

“A-ah, okay.. makasih.”

Sunghoon tidak tahu kalau makan siang hari itu ia ditemani Jay. Ia bahkan melakukan sesuatu yang berlawanan dari apa yang biasanya ia lakukan. Semua terjadi karena Jay.

“Lo kenapa sih lagi makan doang cantik banget…”

Siapa yang tidak memerah ketika seseorang terus memanggilnya dengan kalimat cantik. Sunghoon sudah memanas, kedua buah pipi gembulnya sudah terlihat nyaris layaknya buah ceri.

“Lo bisa gak sih, stop panggil-panggil gue cantik mulu..”

“Lah emang cantik, gimana dong..”

“Ya tapi gak usah lah di ulang-ulang terus. Yang denger tuh bosen,” omel Sunghoon kesal, sementara Jay kini diam-diam malah tertawa kecil dibuatnya.

“Bosen tapi kenapa pipi mochi lo ini berubah dari strawberry lagi?”

Sunghoon membeku, ia bahkan tidak sempat menyelesaikan mengomelnya dan langsung membungkam mulutnya sendiri, menelan kata-kata yang akan diucapkan. Ia beruntung, untuk pertama kalinya ia bersyukur mendengar bel masuk di tengah situasi canggung ini.

“Udah bel, gue balik dulu — “

“Sunghoon.”

Sang pemilik nama berbalik badan spontan begitu mendengar namanya disebutkan. Sunghoon menatapnya seakan mengatakan kalimat ‘apa?’

“Gue pengen lo bayar hutang sekarang..” katanya out of nowhere. Sunghoon jadi sedikit sempat bingung, namun ketika tersadar bahwa ia masih berhutang budi padanya soal sarapan pagi itu ketika dirinya terlambat.

“Hah?” Sunghoon sempat bingung, bukannya Jay bilang bahwa ia tidak perlu mengganti. Ah, tapi tetap saja lagipula Sunghoon juga tidak enak kalau tidak membayar.

“Bentar gue ambil dompet dulu di kelas — “

Jay sampai menahan tawanya dengan senyum. “Bukan, jangan pake uang.. gue nggak mau terima sepeser pun dari lo.”

“Ya terus pake apa dong?”

“Peluk,” katanya. Jay menatapnya kali ini dengan tatapan paling hangat yang pernah ia berikan. Sunghoon beruntung ia menyadari hal itu.

“Gue mau di peluk, Sunghoon…” lanjutnya kembali menegaskan, kali ini tetap dengan suaranya yang rendah.

Sunghoon sempat terdiam, namun setelah mendapatkan sinyal bahwa Jay sedang memohon untuk sebuah pelukan, ia memutuskan untuk mendekatkan diri padanya. Hanya beberapa senti sampai membuat jarak diantara mereka kini telah sirna digantikan oleh sebuah peluk.

Jay mengistirahatkan dagunya di atas bahu Sunghoon, sempat sedikit menghela nafas lelah namun hanya sekejap.

“J-jay… u-udah bel masuk.” ujarnya mengingatkan. Meskipun begitu ia masih tidak ingin melewatkan kelas hanya karena degup jantungnya yang semakin tidak normal. Masa bodoh jika Jay juga merasakan itu.

Begitu pelukan mulai berjarak kembali, keduanya bukan siapa-siapa selain saling mengenal. Sementara Sunghoon bukan orang yang semudah itu akan membuka hatinya untuk Jay.

“Lo kalo masih sakit mending pulang sekarang, gue bantu urus surat ijin..” sebab dirinya adalah ketua kelas, Sunghoon merasa bertanggung jawab atas Jay hari itu.

Jay berikan senyum terbaiknya sekali lagi, namun kali ini ia tidak lupa untuk mengusap surai Sunghoon sampai di acaknya sedikit dan membuat si pemilik surai hitam kecoklatan itu marah.

“Gue lihat lo disini aja udah ngerasa sembuh.. you’re a remedy Sunghoon, jangan jauh-jauh..” katanya kembali menarik Sunghoon mendekat.

“Bego, jangan bercanda mulu.” celetuk Sunghoon menepuk bahunya ringan.

Meski kena marah lagi, Jay agaknya bersyukur sebab Sunghoon ada di sampingnya saat ia benar-benar membutuhkannya.

[ ]

rain.

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet