Setelah bubble chat terakhirnya. Giorafsan tidak mendapati chatnya lagi terjawab. Naka mendapatinya duduk di sofa dengan dua cangkir di depannya. Gio melempar senyum padanya kemudian menepuk space kosong di sampingnya.
“Sini duduk sama Gio,” begitu katanya. Naka menerima cangkir hitam berisikan teh celup itu dari Gio.
“Makasih Gio,” ucapnya lalu disambut anggukan oleh si pembuat teh.
“Naka capek banget ya hari ini?”
Anggukan diberikan tanpa berpikir panjang. Naka sungguh lelah, sampai ia tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata. Kemudian dengan inisiatif dan penuh perhatian, Gio meletakkan cangkir tehnya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Naka seorang.
“Sini Gio pijitin..”
Laki-laki itu mengangkat kedua alisnya, “kenapa nggak dari tadii…” ujar Naka yang saat itu langsung berbalik badan menuruti Gio. Si Taurus terkekeh gemas, kemudian ia dengan perlahan melakukan pijatan pada kedua bahu Naka. Keduanya terdiam sampai Naka kembali berbalik menghadap Gio sambil tersenyum puas.
“Makasih banyak Gio,” katanya.
Gio mengangguk sekali kemudian tersenyum. Selagi bertukar senyum keduanya saling menatap, Gio tahu Naka sedang lelah karena dirinya.
“Gio minta maaf ya, tadi Gio tiba-tiba ajak Naka sama Kafka piknik tanpa rencana. Gio tahu Naka paling nggak suka sama sesuatu yang unplanned gitu, jadi Gio minta maaf…..”
Kalimat Gio ia dengarkan hanya lalu saja, semakin samar ketika perhatian Naka teralih pada bibir penuh Gio. Ini bukan pertama kalinya Naka menciumnya, rasanya begitu candu, dan entah mengapa saat itu rasa penasarannya meningkat tinggi ketika ia memikirkan sebuah kecupan pada bibir. Maka dengan tiba-tiba dan tanpa sebuah rencana Naka mendekatinya dan menjatuhkan kecup di bibir si Taurus dengan lembut. Hanya sebuah usapan, gesekan antara bibirnya tanpa ada ciuman panas seperti yang sudah-sudah. Naka rasanya seperti kehilangan kendali atas dirinya dan membuat Gio terdiam.
Naka tersadar dan mulai sedikit linglung. “M-maaf t-tadi Naka-”
Naka ditarik kembali mendekat. Kali ini Gio meraup seluruh bibirnya dengan lembut, melumat setiap sisi dari bibir Naka yang begitu ia rindukan manisnya. Naka memejamkan matanya terlihat baik-baik saja, namun ia hanya diam tanpa ada keinginan untuk membalas ciuman itu. Pada mulanya kegiatan kecup tidak berbalas dari Gio itu berlangsung di beberapa detik pertama, sampai Gio kemudian menjauhkan sedikit saja bibirnya karena lelah. Keduanya bernafas saling bersahutan, Naka dapat merasakan hembusnya menerpa hangat ke wajahnya. Masih dengan mata yang terpejam, Naka kemudian mulai membalas ciumannya dengan tanpa terburu-buru. Sampai keduanya melakukan timbal balik, sampai suara kecup terdengar memenuhi ruangan yang berisikan mereka berdua, sampai Naka benar-benar dapat merasakan rindu dari setiap lumatnya. Gio pernah sehangat ini dan akan selalu ia temui bahwa Gio selalu sehangat ini dan Naka merasa paling nyaman ketika bersamanya.
Ciuman panjang disertai percik rindu itu berakhir dengan senyuman. Gio terus mengusap pipi kiri Naka dengan lembut sementara Naka mulai melingkarkan kedua lengannya dengan nyaman di bahu Gio.
“Naka.”
“Hm?”
“Should we try our relationship again?”
Satu pertanyaan Gio dibalas anggukan kecil oleh Naka dan senyum malu-malunya. Rupanya Gio telah mendapatkan kembali kepercayaan itu dengan cara yang tidak terduga.
[ ]