The second date goes wrong.

rain
6 min read1 day ago

--


Tak seorangpun mengira ia akan berada disini, Sunghoon dengan pendiriannya yang tak pernah langkahi aturan pekerjaan kini mendapati dirinya berdua dengan seorang klien yang baru mempekerjakannya kemarin sebagai pacar bayaran.

Keduanya sibuk kotori dapur dengan eksperimen makanan cepat saji yang seharusnya lebih mudah jika dipesan dari pada harus membuatnya sendiri. Namun hari itu Jay yakinkan dirinya bahwa ia bisa membuatnya sendiri di rumah.

“Padahal tinggal pesen aja sih..”

C'mon it's not fun. Kapan lagi kita eksperimen buat our own cheeseburger??”

Meski sempat menentang pada akhirnya Sunghoon mengangguk setuju. Tak pernah bayangkan kalau membuat cheese burger di rumah akan semenyenangkan ini apalagi jika dilakukan bersama Jay. Selain itu makanan ringan lainnya sudah disiapkan untuk isi perutnya yang kosong selama menonton film nanti.

“Seru banget, feels like i'm about to sleepover at my friend's house.” Seru Sunghoon komentari perasaan menyenangkan hari itu. Ia bahkan tidak bisa berhenti sibuk mengunyah kentang goreng buatan Jay yang baru saja ditiriskan 5 menit yang lalu.

It's alright if you want to sleepover.”

Sunghoon tahu apa yang akan terjadi jika ia memilih untuk memutuskan mengiyakan tawaran itu. Maka ia menggeleng kecil, “no, i'm more interested in the movie daripada ajakan lo buat sleepover.”

Jay tertawa pelan tanggapi timpalan anak itu sambil lanjutkan sibuk dengan daging panggangnya.

And the french fries. Because you can't hold yourself from eating it right now.”

Sunghoon tertawa, ingkari janjinya untuk memakan makanan yang disiapkan saat film telah dimulai.

Hahaha sorry sorry… nanti gue bantu goreng lagi deh.” tanggapnya sambil tidak berhenti mengambil beberapa biji kentang goreng di tempatnya.

So much going on, Sunghoon dan Jay dapati diri mereka sibuk ini dan itu sampai tanpa disadari cukup bisa distraksi pikiran Sunghoon soal perasaannya.

“Thank you for coming to my apartment. It's nice having you here on the weekend.”

You're very welcome.” Sunghoon menerima secangkir teh hangat dari Jay –sekembalinya laki-laki itu dari dapur minimalisnya. Kini ia mendapati dirinya duduk berdua di atas sofa yang sama sembari tunggu sesuatu di dalam oven. Makan malam yang sudah disiapkan belum ingin disentuh sama sekali.

So, how are you? Udah move on dari mantan belum?” Tanyai Sunghoon diam-diam ingin tahu sejauh apa ia bisa mengenal Jay.

“Mantan gue yang waktu itu?”

“Iya… lagian siapa lagi yang bikin lo patah hati sampai kepikiran buat rent boyfriend.”

Jay sempat terkekeh kecil meski Sunghoon dapat sadari ada perubahan ekspresi di wajahnya. Ia kembali meneguk teh dalam cangkirnya sebelum ia menjawab lagi. “Haha.. ya, sebenernya kalo gue boleh jujur. I still can’t get over her sometimes. We’ve been together for 3 years. Too much memories.

“Lumayan lama ya… I bet you love her so much.”

Yes, tapi karena omongan lo waktu itu, gue jadi sadar kalau she doesn’t love me enough. Thanks ya udah mau dengerin cerita gue kemaren. I’m glad I have someone to talk.”

Sunghoon bisa salah paham dengan senyum manis itu. Melihat bagaimana Jay menceritakan kembali tentang perasaannya terhadap masa lalunya buat Sunghoon jadi semakin ragu atas perasaannya sendiri.

No worries..” meski begitu ia baik-baik saja jika dianggap sebagai teman curhat.

“Eh, udah dong… kan lo kesini bukan buat bahas mantan. It’s our second date, remember. Gue nggak mungkin ngomongin orang lain di depan pacar dong hehe…” kekehnya jelas terdengar bercanda di telinga Sunghoon. Maka yang bisa ia lakukan hanya ikut tertawa dengannya.

“Haha dasar. Apaan sih, gue kan emang dibayar buat nemenin lo ngobrol. Lagian ngomong kaya gitu emang gue pacar lo beneran?” tanyai Sunghoon retorik. Sebab pada akhirnya ia tahu betul kalau hubungannya dengan Jay sejauh ini masih belum menemukan titik terang.

“Ya bukan sih.. tapi gue seneng deh lo ada disini. after my break up, you're always on my mind tau..”

Sunghoon sempat dibuatnya salah tingkah, namun pada detik berikutnya ia tak ingin terlalu terbuai dengan ucapan laki-laki itu. Ia rotasikan bola matanya, “halah! Basi.” katanya ketus sedikit disambut tawa.

Hey… seriously. Gue suka kepikiran kenapa secantik lo ini malah milih buat jadi pacar bayaran. Padahal gue yakin banget banyak yang mau jadi pacar lo beneran.”

“Yakin banget? Lo ngomong gitu kaya udah kenal gue lama aja deh…”

Jongseong tertawa lagi. Memang benar, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Berada di sekitar Sunghoon buatnya merasa seperti telah jauh mengenal laki-laki itu.

But I love talking a lot of things with you. Gue nggak pernah bisa ngobrol senyaman ini sama mantan gue, tau.”

"Oh ya? Lo ngomong gitu ke semua orang yang lo deketin setelah putus?”

Hahaha, segitu nggak percayanya deh lo sama gue.”

Sunghoon ikut tertawa, cangkir tehnya diletakkan diatas meja kecil di depannya. “Sorry agak skeptis haha..”

Obrolan seketika terhenti berkat bunyi tanda pengingat bahwa sesuatu yang ada di dalam oven telah siap untuk dikeluarkan. Bukan hanya Jay, namun Sunghoon yang juga penasaran dengan penampakan mini pizza buatan Jay –kini ikut berjalan ke arah dapur.

Sunghoon duduk di kursi tinggi di depan meja bar. Sambil menopang dagu ia pandangi Jay dengan tak sabar keluarkan pizza dari dalam oven.

Pepperoni pizza is ready!”

Oh my… it smells so good.” Aromanya sungguh buat perutnya semakin berteriak kelaparan. “Biar gue yang siapin piringnya. Ada dimana?”

“Lemari nomor dua dari kanan.” Jawab Jay sementara ia sibuk dengan potongan pizza buatannya itu.

Sunghoon kini berdiri tak jauh darinya. Siapkan piring bersih untuk sajikan potongan-potongan pizza yang siap makan itu diatasnya.

All set! Ready for the movie?” Sunghoon kesenangan. Beberapa makanan sudah tersusun rapi diatas meja ruang tamunya. Lampu diredupkan sedikit demi kenyamanan menonton. Layar televisi telah menampilkan deretan film dan series untuk ditonton.

Sunghoon mungkin sudah nyaris terlalu larut dengan sesuatu yang berjalan semestinya. Duduk berdua di bawah selimut yang sama. Cheese burger buatannya sudah hampir habis. Terlalu seru, Sunghoon hampir lupa waktu.

Jam tahu-tahu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Namun Jay berbeda dengan Sunghoon yang masih serius ingin habiskan series yang ditontonnya. Taurus kini bosan, plot cerita dari film yang ditontonnya terasa tak lagi menarik dibandingkan dengan Sunghoon yang masih serius menatap layar.

“Hah? Ini kok gini sih? Emang gitu plot nya ya? Ga jelas amat sih nyebelin.” Kesal karena akhir cerita tak sesuai ekspektasi, Sunghoon menggerutu kesal. Lemparkan keluh kesah pada Jay yang beberapa waktu lalu sarankan untuk menontonnya. Sementara itu Jay sendiri bahkan sudah beberapa menit yang lalu alihkan pandangannya dari film tersebut. Sunghoon yang terus jadikan fokusnya.

“Jangan terlalu serius gitu, ntar gue makin suka.”

“Hah?”

Jay seperti baru saja berhasil dapatkan perhatian sang sagi. Laki-laki itu menatapnya dengan semburat rona merah di kedua pipinya tanpa ia sadari. Apalagi saat Jay malah berikan senyum paling manisnya itu, menggoda.

Sunghoon buyar sudah. Rasanya series yang ditonton selama dua jam itu sudah tak lagi jadi perhatian utamanya.

“Stop becandain gue kaya gitu lah…” Sebab Sunghoon tahu pertahanan dirinya memang selemah itu.

Hehe iya sorry.. emang salah ya bercanda sama pacar sendiri?”

Sunghoon terkekeh, dengan santainya ia masih terus menyantap kentang goreng yang tersisa. “Lo ngomong gini tuh sadar nggak sih? Lo yakin gue bukan cuma pengganti mantan lo yang baru putus beberapa hari yang lalu itu?”

Jay ikut terkekeh kecil. Ada seringai manis setelah tawa itu. “Bukan lah, gue suka sama lo bukan karena itu.”

Namun Sunghoon yang lebih peka dapati sesuatu yang janggal dalam percakapan ini. Ia kembalikan fokusnya kepada Jay daripada film yang berjalan semakin tidak jelas itu.

“Oke. Terus kita ini apa sekarang?”

Sunghoon butuh kepastian. Jauh dalam hatinya ia tak ingin lagi berbohong pada dirinya sendiri. Sunghoon mengaku, ia jatuh cinta. Bukan pandangan pertama kali ini, ia jatuh cinta karena selama dengannya, Jay terus berikan tindakan yang buatnya timbulkan perasaan aneh dalam hatinya. Perlakuan-perlakuan manis yang tak pernah ia dapatkan serta perhatian-perhatian kecil —Sunghoon belum pernah dapatkan itu dari siapapun kecuali dirinya sendiri.

Namun pada titik ini keraguan akan ketidakpastian buat perasaannya terombang-ambing, pandangan yang tak lepas selama pertanyaan itu dilayangkan buatnya jadi ingin tahu lebih atas apa yang harus dilakukan dengan hubungan ambigu mereka saat ini. Sunghoon tahu, ia tidak akan berani mengambil keputusan untuk berkencan di luar peraturan jika ia tidak benar-benar tertarik kepada sang taurus saat ini.

“Kenapa harus ada label? I just… like you to be here. I like being around you.” Jay terdengar serius.

Sunghoon bingung. Like seriously confused. Jawaban Jay baru saja buatnya sadar bahwa betapa ia hanya menginginkan sesuatu yang tak pasti. Aneh, seketika rasanya seperti dimanfaatkan oleh keadaan.

"Jadi maksud lo, gue cuma boleh ada di sini kalau gue nggak minta lebih?” Hatinya sudah kecewa namun Sunghoon masih tanyakan ini dengan tenang.

I don't know, Sunghoon.. I just don't want you to go now.”

Dari keraguannya Sunghoon sudah jelas sekarang. Ia tak akan biarkan perasaannya berkembang kalau Jay sendiri masih terdengar ragu terhadap dirinya. Sunghoon knows he's not a bad person. Jay is just being him. Mungkin perasaannya terlalu buru-buru, rasa cintanya terlalu menggebu-gebu hingga buat dirinya tak sadar bahwa sebenarnya ia menginginkan Jay lebih dari ini.

Sunghoon mungkin tersenyum kecil, tapi ada nada getir di suaranya saat dia berkata:

"I get it now.”

[ ]
rain.

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet