the meeting

rain
4 min readMar 3, 2025


Siapa juga yang bisa sabar kalau ditinggal suaminya bekerja selama hampir setengah hari. Sunghoon bisa mati bosan karenanya. Sibuk jelajahi sosial media buatnya jadi ingin ini dan itu. Puncaknya adalah ketika ia tak sengaja menemukan sebuah video yang menunjukkan berbagai hidangan makanan penutup yang berwarna serba biru.

Sunghoon mau. Maka dengan sangat hati-hati setelah ia kabari sang suami, Sunghoon memutuskan untuk turun menghampirinya di ruang kerja. Tanpa izin tentu saja, karena seingatnya Jongseong pernah bilang kalau keberadaannya tak pernah jadi pengganggu.

Beberapa saat kemudian setelah ia berhasil turun tangga dengan perut besarnya itu, kakinya melangkah perlahan menghampiri Jongseong yang tengah berada di depan layar laptop. Panggilan meeting masih menyala, Jongseong sengaja tak pasang earphone untuk jaga-jaga kalau Sunghoon memanggilnya karena sesuatu.

Tak tahunya istri cantiknya itu tiba-tiba sudah ada dibawah datang menghampirinya.
“Papa aku mau roti yang warnanya biru.” Berita Sunghoon tak peduli jika suaranya terlalu keras sampai buat beberapa rekan kerja pak pilot itu terkekeh kecil.

“Wah! Jongseong istrinya lagi ngidam ya?”

Jongseong yang disebutkan hanya tersenyum-senyum malu. Bersamaan dengan itu Sunghoon menyelinap masuk, menunjukkan sosoknya di depan kamera dengan banyak orang.

“Aku boleh ikut meeting nggak?” Polosnya Sunghoon waktu meminta sesuatu. Matanya bulat menatap layar, diam-diam menghitung berapa banyak orang di dalam tim penerbangan Jongseong kali ini.

“Boleh, sini.” Jongseong melembut, dibawanya Sunghoon mendekat sampai duduk diatas pangkuannya.

“Lagi ngomongin apa? Pesawat? Pesawat mana bisa ngidam!” celetuk Sunghoon niat protes sejak awal, mungkin saja yang dilakukannya akan berhasil buat suaminya berhenti bekerja.

“Sayang, sebentar ya…”

“Kenapa capt? Sunghoon lagi ngidam?”

Jongseong mengangguk, “iya nih, dari tadi minta roti mulu.”

Meski banyak yang tertawa dan memuji gemas, Jongseong tahu hal seperti ini sudah biasa dan seharusnya dapat dimaklumi oleh sesama.

“Jadi gimana tadi? Rute penerbangan ke Tokyo minggu depan bakal ada perubahan, ya?”

Jongseong tanyakan dan buat salah satu temannya dengan nama Heeseung itu mengangguk dari dalam zoom meetingnya.
“Iya, ada update dari ATC, katanya mereka ubah jalur buat hindarin cuaca buruk di area Pasifik. Kita harus siap buat opsi alternatif kalau turbulensinya terlalu parah.”

Hening tidak terlalu lama kemudian orang lain dengan nama Taehyun di layarnya kini ikut bersuara. "Oh iya nih. Terus, ada juga revisi soal bahan bakar. Kalau anginnya terlalu kuat, kita harus estimasi ulang fuel consumption biar nggak boros.”

Jongseong mengangguk, “understood. Berarti descent profile juga harus kita atur ulang, ya?”

"Descent profile? Itu kayak diet buat pesawat gitu ya?” Sunghoon menatap Jongseong dari dekat, maunya sih berbisik karena penasaran dan ingin tanyakan pada ahlinya tapi tak tahunya terdengar oleh teman-temannya yang lain.

Jongseong tak langsung menjawab, meeting kemudian hening sebelum terdengar suara tertawa khas pilot Lee.

“Hahaha, hampir! Tapi ini lebih ke cara pesawat turun biar hemat bahan bakar dan tetap aman.”

Sunghoon dapat jawaban, tak tahu kalau ia semakin tertarik dengan pembahasan kali ini. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil ucapkan, “Jadi kayak pesawat itu juga harus irit?? Pantes aja kamu suka pelit, Jongseong!” celetuknya di depan banyak orang.

Bersamaan dengan kekehan teman-temannya lalui meeting online, Jongseong tak menyangka bahwa dirinya akan dipojokkan seperti ini. Ia memijat kedua pelipisnya pelan, “sayang, ini meeting serius…”

Taehyun lebih dulu tanggapi asbun Sunghoon sebelum sang suami putuskan untuk mengeluarkan Sunghoon dari meeting kali ini.
“Gapapa, seru kok! Eh, kalo pesawat lagi 'ngidam' bahan bakar lebih banyak gara-gara cuaca buruk, itu gimana, Sunghoon?” Taehyun sengaja libatkan Sunghoon dalam pendapat kali ini. Semua orang terdiam, menunggu jawaban lucu apa yang keluar asal dari mulut si manis itu termasuk juga suaminya yang masih setia memangku.

Sunghoon letakkan jari telunjuk diatas dagu, pura-pura serius seolah jawabannya akan berpengaruh besar dalam rapat kali ini.

“Hmm… harusnya pesawatnya dimanjain dong! Kasih roti warna biru, biar dia nggak cranky pas di langit!”

Gelak tawa terdengar, samakan dirinya dengan pesawat terbang buat Jongseong bukannya senang malah semakin pusing. Laki-laki itu sandarkan kepalanya pada kursi, pasrah dengan istrinya yang sedang ngidam dan malah merecoki meeting.

“Lagi pengen roti warna biru ya, hoon?”

Sunghoon mengangguk tanggapi pertanyaan pilot Lee.

“Emang ada ya, roti warna biru seong?”

Jongseong mengangkat kedua bahunya sambil terkekeh pusing sendiri.

“Eh ada tauu yang tadi aku tunjukin ke kamu di whatsaap ituu.”

“Kamu mau itu?”

Sunghoon mengangguk.

“Itu lama bikinnya sayang, sama aja kaya kamu minta aku bikin adonan buat roti tawar.”

Sunghoon menggeleng, “aku maunya yang kaya gitu.”

Jongseong melirik kembali layar laptop yang masih menampilkan kedua temannya asik tertawa gemas.
Okay, guys.. meetingnya sampe sini dulu ya, nanti gue kabarin lagi kalo ada apa-apa.”

“Okay, capt! Selamat libur cuti kembali.” celetuk salah satu anak buahnya sebelum Jongseong matikan dan tutup benda itu untuk kembali fokus pada kesayangannya.

“Ya udah, aku maunya makanan yang warna biru.”

“Makanan apa?”

Sunghoon mengangkat kedua bahunya tidak tahu, “banyak kok dessert yang warna biru.”

Jongseong tersenyum menanggapi. Kalau sudah begini ia tahu apa yang harus dilakukannya.
“Istirahat dulu ya, istriku.. nanti kalau sudah jadi aku panggil ke bawah.”

Sunghoon melompat-lompat kecil kesenangan, ia bahkan sedikit berjinjit demi jatuhkan satu kecupan di atas pipi kanan suaminya itu.

[ ]
rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet