—
Cuaca saat musim panas memang tidak pernah dapat ditebak. Hari ini sejak pagi pun si Sagitarius itu tahu kalau hujan akan datang juga. Ia tahu sejak kumulus semakin gelap dan dekat dengan bumi. Bukannya mempersiapkan diri sebelum hujan rupanya pepatah sedia payung sebelum hujan itu tidak mempengaruhi nya.
Sunghoon berdiam diri di depan pintu utama gedung sekolahnya. Sekolah nyaris tidak menyisakan siapa-siapa kecuali dirinya. Ia pikir ia akan sendiri sampai sore sebab terjebak hujan, rupanya tidak sampai seseorang datang dengan motornya berhenti tepat di depannya.
“Ayo bareng, nanti lo kesorean pulangnya…” sedikit berteriak guna mengalahkan suara hujan. Jay mengajaknya untuk naik sebelum hujan semakin deras menjadi-jadi.
“Lo gila ya? Masih hujan gini, gue ga bawa jas hujan!” tanggapnya seperti biasa.
Tapi memang jika dipikir-pikir Jay itu agak keterlaluan, ia lupa memikirkan keadaan Sunghoon jika naik motornya hari itu. Terima kasih untuk Jay yang selalu membawa dua helm, tapi untuk jas hujan ia hanya punya sepasang. Laki-laki Taurus itu memarkirkan motornya sebentar membiarkan diguyur hujan. Ia menghampiri Sunghoon yang masih berdiri disana kemudian segera cepat-cepat melepas jas hujan dan seragam sekolahnya.
“Lo mau ngapain?” Sunghoon sempat panik sebab tidak ingin melihat Jay melepaskan pakaiannya.
“Tenang aja gue pake kaos kok dalem seragam, haha..” tawanya diikuti pukulan bertubi-tubi dari Sunghoon karena jujur saja ia masih kesal.
“Nih pake.” Jay menyerahkan atasan jas hujan untuknya.
“Lo bawa jas hujan dua?”
Jay menggeleng dengan polosnya.
“Lah, terus lo gimana dong?”
“Gue pake celananya, lo pake atasan,” ucapnya kikuk.
Sementara Sunghoon terdiam melamun memikirkan jawaban si Taurus. Ia tidak habis pikir apa yang salah dengan otak seorang Jay saat ini.
“Tolol banget, tetep aja nanti pada basah.” umpatnya karena memang ia sudah tidak tahan lagi dengan kebodohan ini.
“Ya gimana, gue cuma bawa sepasang..”
Untuk sesaat Sunghoon merasa konyol jika setuju, tapi ia juga tidak ingin pulang terlalu sore sebab hujan yang semakin deras. Yang dipikirkan saat ini hanyalah pulang ke rumah dan tidur. Maka dengan terpaksa ia menerima atasan jas hujan yang diberikan Jay untuknya.
Jay yang masih sempat membantunya memasangkan jas hujan kini semakin terlihat konyol di mata Sunghoon, ingin tertawa tapi rasanya memprihatinkan. Sunghoon menangis dalam hatinya.
“Terus nanti lo basah kuyup dong?” ujar Sunghoon bertanya pada Jay yang masih sibuk memasangkan helm untuknya. (bukan sunghoon yang minta, jay inisiatif sendiri)
Jay berikan seringai khasnya lalu terkekeh. “Gapapa gue mah udah biasa hujan-hujanan,” timpalnya lalu dengan spontan dirinya menggandeng tangan Sunghoon untuk dibawanya berjalan di bawah hujan.
—
Sunghoon terus menahan tawa sambil tersenyum di sepanjang perjalannya. Memakai atasan jas hujan sementara bawahnya tetap basah, sementara Jay memakai bawahan jas hujan sementara sekujur tubuhnya tetap basah. Cowok manis itu merasa dirinya konyol namun tanpa disadari ia juga merasa semakin nyaman di bawah guyuran hujan.
“Lo sering banget ya hujan-hujanan?” entah datang dari mana keinginan untuk mengajaknya berbicara si Sagitarius itu mendekatkan dirinya sedikit ke arah Jay supaya ia dapat mendengar pertanyaannya.
Jay mengangguk, lalu bersin. “SERING..” jawabnya sambil sedikit berteriak.
“ITU LO BERSIN BERSIN MULU DARI TADI.”
“IYA, SOALNYA ADA COWOK CANTIK LAGI PELUK GUE SEKARANG..”
Jay sudah tidak bisa mengendalikan degup jantungnya, ia tersenyum dan wajahnya memerah. Sunghoon rupanya belum sadar sampai ia memberitahunya bahwa dirinya telah melingkarkan tangan pada perut Jay.
“Hah?!”
Sunghoon tersadar dan segera melepaskan pelukannya, namun Jay kembali meraih tangannya yang telah disembunyikan di belakang mengatakan secara tidak langsung bahwa akan lebih baik tetap dengan posisinya.
“PEGANGAN AJA, GUE MAU NGEBUT HUJANNYA UDAH MAKIN DERES..” Jay masih berteriak khawatir Sunghoon tidak mendengarkannya.
—
Hujan seperti sedang tersenyum memperhatikan dua anak muda yang sore itu berkendara di bawah hujan. Rela berbagi jas hujan dan membuat satu sama lain terlihat konyol. Jujur saja, Sunghoon belum pernah berada di bawah hujan dengannya, ia kesal namun perasaan itu diikuti dengan bahagia. Setidaknya untuk hari ini ada seseorang yang membuatnya tersenyum selain hujan.
“Makasih tumpangannya,” Sunghoon turun memberikan helm yang sudah dilepaskan.
Hujan berhenti turun ketika mereka tiba, namun fakta itu tetap tidak merubah bahwa keduanya masih sama-sama basah kuyup karenanya.
Jay bersin lagi, kali ini sambil tersenyum. Sunghoon sampai dibuatnya tertawa. “Lo mau masuk dulu nggak? Basah begitu nanti sakit..”
Ditanya begitu si Taurus sebenarnya merasa sungkan, sebab ini akan menjadi yang pertama kalinya berkunjung ke rumah Sunghoon.
“Gapapa nih?”
“Gue nawarin artinya gapapa dong..”
Senyumnya mengembang setelah itu, sampai kedua matanya menjadi segaris. Jay mengangguk dan segera memarkirkan motornya di depan pagar rumah.
“Rumah lo nggak ada orang?” begitu satu pertanyaan yang terlintas di pikirannya ketika ia mulai melangkahkan kaki ke dalam rumah.
Sunghoon mengangguk. “Yang punya udah ga inget kalo punya rumah.”
“Hah?” Jay tertegun, ia terdiam berusaha memahami maksud dari jawaban Sunghoon. Namun wajah bingungnya malah membuat si manis tertawa lagi.
“Iya sepi, bunda sama suaminya lagi kerja.”
“Hah?” Jay semakin bingung dengan jawaban Sunghoon. Sumpah, berapa kali ia harus terus mengeluarkan kata ‘hah’ ketika Sunghoon menjawab pertanyaannya.
Sunghoon memutar kedua bola mata malas, meski tidak dikatakan tapi dirinya tahu bahwa Jay membutuhkan penjelasan.
“Bunda sama ayah gue cerai setahun yang lalu Jay… jelas?”
“Ooh…” Jay menganggukkan kepala sudah paham dengan jelas maksud dari jawaban Sunghoon tapi sedetik kemudian ia berkata; “Hah?”
“Hah hoh mulu lo anjing.” kesal Sunghoon sampai mengumpat.
“Serius? Sorry, gue gatau kalo — “
“Gapapa, santai aja..” Sunghoon meletakkan tas sekolahnya yang sedikit berat karena basah diatas meja makan yang kosong.
“Tunggu ya, gue cari baju dulu buat lo.” ucapnya lagi.
Sunghoon benar-benar meninggalkan Jay di lantai dasar sementara ia bergegas mengganti pakaiannya dan kembali membawakan pakaian untuk laki-laki itu. Tidak membutuhkan waktu begitu lama, ia sudah kembali bersama dengan pakaian miliknya dan handuk yang masih terlipat rapi.
“Pake handuk,” kata Sunghoon. Sambil ia perhatikan surai hitam Jay yang masih meneteskan air hujan.
“Ganti pake ini dulu..” Sunghoon menyerahkan kaos hitam miliknya.
“Disini?”
“Apa?”
“Gantinya, disini?” seringai jahil sempat Jay berikan sambil mendekati si manis. Memang dari dulu sudah terkenal usil.
“Kamar mandi disana.” Sunghoon menundukkan kepalanya begitu ia tersadar kedua pipinya sudah memerah.
“Haha okay,” jawabnya sambil tertawa. “Tapi btw, lo lucu ya waktu kecil. Pipi mochi lo ini ga pernah berubah hehe..” Jay sedikit mencubit pipi gembul Sunghoon yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini.
Begitu si manis menyadari bahwa Jay telah melihat-lihat potret masa kecilnya yang masih terpajang di ruang tamu.
“Jay!!” protes Sunghoon nyaris melayangkan pukulan namun Jay segera berlari menjangkau kamar mandi.
Sunghoon kesal. Berapa kali ia harus mengatakan bahwa dirinya kesal, namun dibalik semua itu ia sadar bahwa ada sedikit kupu-kupu berterbangan dalam perutnya.
[ ]
rain.