On a (fake) date

rain
6 min readFeb 16, 2025

--

Berkat kesalahan kecil yang dibuatnya lalui via pesan singkat tadi — buat Sunghoon masih tak dapat sembunyikan debar serta rona pada kedua pipinya. Belum pernah Sunghoon menjadi semerah itu meski ia gunakan sedikit blush on diatasnya. Sunghoon malu luar biasa, terhadap tindakannya yang ceroboh dan juga pujian cantik yang diberikan terus menerus.

Jay sudah duduk manis. Senyumnya tidak tertahan dan bahagia dihatinya membuncah. Entah mengapa, ia senang pagi itu disambut sosok Sunghoon yang sudah berhasil turun untuk menghampirinya. Saat laki-laki itu masih sibuk kunci pagar rumah kost, Jay tak sabar siapkan sesuatu yang mungkin dapat membuat sedikit kejutan untuk ‘pacar pura-pura’nya.

Sunghoon agak malu-malu, namun setelah ia berhasil masuk ke dalam jaguar hitam yang terparkir di depan kost nya — ada senyum yang sudah menyambut kedatangannya.

“You look exactly the same with the photo yang dikasih kak admin dari IG.” Celetuk Jay tak terpikirkan betapa random ucapannya pagi itu buat sang lawan bicara sedikit mengempat tawa.

“Thank you, haha..”

“Sebenarnya lebih cantik dikit.”

“Tuh kan… modusnya bisa aja nih.”

Keduanya sama-sama layangkan tawa renyah. Tak biasanya Sunghoon dibuat seperti ini, Jay tanpa sadar telah buatnya jauh lebih nyaman pada kali pertamanya bertemu. Mengingat selama menjadi ‘pacar bayaran’, Sunghoon tak pernah merasa senyaman ini lemparkan canda.

“Oh iya–” Jay gerakkan tubuhnya ke belakang sedikit guna mengambil sesuatu di kursi belakang mobilnya.

“Happy valentine’s day!”

Tiga tangkai tulip merah segar dibungkus dengan plastik rapi kini diserahkan pada yang paling cantik. Diikuti senyum semerbak bunga — Jay jadi sedikit tak dapat bedakan tulip itu dengan Sunghoon. Sebab keduanya sama-sama merah dan sama-sama cantik.

“Oh my…”

Tak terhitung sudah berapa kali sebenarnya ia menerima bunga dari kencannya. Semuanya mawar merah, belum pernah ada yang memberinya bunga tulip kecuali hari ini. Sunghoon tak dapat berhenti tersenyum, merasa konyol namun bahagia sampai tak dapat ia utarakan lagi hanya dengan kata-kata.

Makasih ya.. padahal gue nggak siapin apa-apa buat lo.”

Jay terkekeh manis. Manis betul, Sunghoon sampai salah tingkah lagi. Kedua tangan si taurus sudah siap di atas kemudi, kacamata hitam yang sempat bertengger di batang hidung mancungnya sudah di lepas sejak tadi. Kaos oblong biru tua buatnya terlihat tampak casual namun tetap terkesan serius. Iya, serius berhasil mengambil hatinya.

Sunghoon tak sengaja perhatikan Jay sampai segitunya. Dengan bunga di tangannya ia melihat Jay terkekeh dengar tanggapannya.

“You don’t need to give me something, Hoon. I’m the one who asked you to date. Shouldn’t I give you something?”

Dimana lagi Sunghoon temukan laki-laki dengan effort manisnya ini. Ia biarkan Jay melajukan mobilnya membawa ia pergi tanpa bertanya sekali lagi.

Kiranya akan canggung namun ucap demi ucap ditanggapi dengan serius. Perjalanan yang Sunghoon kira akan membosankan kini terasa lebih menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari dugaannya. Bahkan saat playlist lagu berputar keduanya tak kuasa untuk saling bertukar suara, padukan nyanyian merdu yang siapa saja pasti setuju kalau mereka berdua memulai profesi menjadi penyanyi.

“You know this song too?”

Alun lagu pop terdengar penuh beat menyenangkan dan semangat. Lagu berjudul Confession yang dinyanyikan oleh Flo Rida dan ENHYPEN buat pertanyaan Sunghoon menjadi lebih ceria. Tidak tahu kalau lagu yang selalu diulanginya ini ternyata akan sampai di telinga seorang Jay.

“Of course I am. This definitely salah satu lagu wajib yang harus didengerin pas lagi driving.”

Sunghoon tak bisa tidak setuju sebab Jay benar. Tak pernah dibayangkan kalau lagu ini terdengar lebih menyenangkan diputar di dalam mobil saat bepergian seperti saat ini.

“Your playlist…” Sunghoon tersenyum tak habis pikir.

“Kenapa?”

“We’ve got similar music tastes. Gue kira ini lagi muter playlist gue, haha…”

Jay ikut tertawa sebelum akhirnya ia katakan, “kalo gitu boleh dong sesekali nanti kita spotify session bareng?”

Kegiatan mendengarkan lagu yang sama dari tempat yang berbeda. That’s so romantic, pikir Sunghoon sambil iyakan ajakan laki-laki itu.

Perjalanan dari rumah sedikit memakan waktu lumayan lama. Meski terhitung masih pagi jalanan nampak begitu padat seperti hari biasanya. Namun yang dilakukan keduanya di perjalanan justru tak membuat siapapun jenuh karena sempat terjebak macet sedikit.

Begitu mobil berhenti di area parkir, Sunghoon tahu mereka telah mencapai tujuannya. Taman bunga di tengah kota yang sedang ramai dikunjungi hari itu sudah sedikit ramai. Rupanya mereka sampai lebih awal dari pengunjung lain.

“It’s my first time.”

Jay menoleh saking terkejutnya. Agak tidak percaya kalau si cantik yang berdiri di sampingnya ini baru pertama kali datang ke taman.

First time ke taman?”

Sunghoon tertawa, nyaris terbahak-bahak karena lucu saja melihat tanggapan Jay yang sedikit berlebihan itu.

First time ngedate ke taman dan pas pagi-pagi gini. Biasanya gue ke taman pas sama temen aja sih kalo lagi mau jogging.”

Jay mengangguk dengarkan si cantik. “Kan sekarang tujuannya beda, bukan mau jogging tapi lagi kencan.”

Sunghoon selalu senang ketika kalimat itu keluar dari mulutnya. Bagaimana Jay menyebutkan kencan seolah-olah hubungan mereka bukan hanya sekedar sandiwara semata.

“Haha, serius tapi kalo lagi kerja juga gue belum pernah diajak kemari. Yang hire gue biasanya ngajak ke resto atau cafe terbaru gitu.”

Ooh, gue jadi penasaran deh.. selama ngedate gitu ada tempat yang absurd banget nggak selama lo jadi ‘pacar bayaran’ mereka?”

Sunghoon langsung tertarik untuk menjawab. Tanpa kata keduanya setuju untuk duduk di salah satu bangku panjang yang muat dua orang untuk duduk bersebelahan.

“Banyak. Gue pernah diajak ke danau, pernah diajak ke hutan, pernah diajak ke rumah langsung, pernah juga diajak ke makam orang tuanya.”

“Hah?” Siapa juga yang menduga tempat terakhir yang disebutkan Sunghoon.

“Ke makam orang tuanya?”

Sunghoon mengangguk. “Karena waktu ziarah sama keluarga besar tuh dia malu, soalnya terakhir dia bilang ke keluarga besarnya kalo dia udah punya pacar. Ya gue cuma jadi pembuktian aja sih disana.”

“Wow, terus lo pura-pura jadi pacarnya udah lama?”

“Iya, sebelum ngedate pun dia minta gue ngaku kalo gue udah pacaran sama dia 7 tahun.”

“7 tahun???”

“I know… haha, lama banget kan? Gue sampe disuruh hafalin semua tentang dia dalam satu hari doang.”

“Maksudnya gimana?”

“Yaa, dia ngasih gue list apa aja makanan yang dia suka, hal-hal kecil apa yang dia selalu lakuin bahkan sampe riwayat sakitnya. Gila banget deh..”

Menjadi pacar bayaran jauh lebih sulit dari yang si taurus bayangkan. Ia sampai tidak tahu lagi ingin menanggapi seperti apa kali ini.

Insane. Terus yang di hutan? Itu beneran lo diajak ke hutan?”

Sunghoon mengangguk. “Kinda traumatic..”

Sorry sorry, nggak apa-apa kok kalo gak mau cerita.”

Sunghoon tersenyum melihatnya sedikit panik. Jay benar-benar takut buat dirinya tidak nyaman barang sedikit saja.

It’s alright. I’m fine. Waktu itu gue beneran diajak ke hutan. He hired me karena mau cari temen buat hiking. That was my first time hiking, and it’s just the two of us.”

“Kalian cuma berdua?”

Sunghoon mengangguk, “gue pikir juga gue di hire karena dia mau ngenalin pacarnya ke temen. Tapi ternyata acara hikingnya cuma kita berdua.” Ada senyum getir di bibir yang lebih muda. Sunghoon menundukkan kepalanya malu. Agak sedikit tidak yakin kalau ingin ceritakan kejadian yang sudah lama ingin dilupakannya itu pada Jay.

I trust him so much. Tapi waktu di tenda ditengah hutan. He tried to harass me… I’m not comfortable, he keeps trying to touch me and… I don’t feel safe at all.” Kalimatnya nyaris berantakan namun Jay dapat memahaminya.

I’m so sorry this happened to you. Sunghoon gue nggak maksud buat — ”

I’m okay. Untungnya waktu itu ada pendaki lain, a woman with her boyfriend. They helped me buat turun dan gue tinggalin cowok itu sendiri.”

This job is insane. Seriously… gue nggak nyangka lo bakal ngelaluin hal kaya gini cuma karena kerja.”

Every job has risks. Doesn’t it?”

Jay setuju tapi tidak setuju. Lancang rasanya kalau ia meminta Sunghoon untuk berhenti dari pekerjaannya karena cerita ini tapi jauh dalam hatinya ia ingin sekali Sunghoon tak mengalami kejadian yang sama untuk kedua kalinya.

“Iya tapi nggak seharusnya lo ngalamin kejadian kaya gini. How about your agency?”

They did something to him. Dia dilaporin atas percobaan sexual harassment. My lawyer sent him to jail. Gue bersyukur banget punya tim yang gercep. I feel safe but sometimes I don’t.”

Jay meraih tangannya mencoba salurkan hangat tanpa ragu buat dirinya nyaman. “You don’t deserve all of that. Semoga kejadian gini nggak keulang lagi ya.”

Sunghoon tersenyum. Bukan hanya karena ia senang bisa diperhatikan seperti ini oleh laki-laki yang ditaksir, tapi karena juga ia tahu kejadian seperti ini tidak akan terjadi kembali kepadanya sebab ia telah bulat memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya setelah ini.

Don’t worry, it won’t. Karena sebenarnya you are my last date. Setelah ini gue mutusin buat resign dan stop kerja jadi ‘pacar bayaran’ lagi. I want to try fnb, mungkin buka kedai cafe or a little restaurant?” Sunghoon akhiri kalimatnya dengan senyum yakin kalau harapannya akan segera terwujud dan ia entah mengapa menjadi sangat yakin setelah kalimat panjang itu disambut dengan senyuman dari Jay.

“I know you can do it. Eh, nanti kabarin gue ya kalo udah buka cafe. I wanna be your first customer.”

“Hahaha, boleeh…”

“Nanti gratis kan tapi.”

“Jahat bangettt, gue baru buka cafe udah dimintain gratisan.”

“Haha..”

[ ]

rain.

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet