Gio datang menemui Naka di dalam toilet yang sepi. Ia tahu Naka sedang berada di salah satu bilik pintu toilet sebab suara muntah yang terdengar menyedihkan. Gio mendekati kemudian memanggil namanya perlahan.
“Naka…”
Mendengar panggilan itu Naka mencoba untuk berdiri dari simpuhnya di lantai toilet dan membuka biliknya. Laki-laki itu menangis sedikit begitu ia menjatuhkan dirinya dalam pelukan Gio. Rasanya tidak nyaman, namun berada dalam pelukan Gio, Naka merasa ia telah kembali pada rumahnya.
“Hei, kenapa? Naka sakit? Mana yang sakit?” Gio mengusap surai belakang Naka dengan sayang. Khawatir jika ada sesuatu yang salah dengan Naka.
“Perut Naka sakit…” rengek Naka sambil terisak dalam peluknya.
“Kita pulang aja ya, tadi Gio udah bilang kok ke bunda kalo naka lagi sakit perutnya…” Gio menyingkap rambut Naka yang sudah basah oleh keringat sambil mengusap keringatnya yang mulai berjatuhan.
Naka mengangguk, ia melepaskan pelukan Gio lalu berjalan menjauhi kerumunan sampai bertemu dengan ayah di ambang pintu masuk gedung.
“Ayah, Gio anter Naka pulang dulu ya… lagi sakit, dari tadi mual-mual katanya.”
“Iya, istirahat ya naka.. Tolong jagain ya gio, nakanya.”
Gio mengangguk sekali kemudian pelan-pelan menuntun Naka berjalan sampai masuk kedalam mobil dan benar-benar jauh dari kerumunan.
“Naka harus makan nanti.” tutur Gio sekali dan final. Kalimatnya barusan tidak bisa lagi di tawar. Saat Gio sibuk memasangkan sabuk pengaman untuk Naka ia mendengar sedikit Naka menangis.
“Kenapa nangis?” masih tidak ingin menjauh darinya. Gio terus menatap Naka dalam posisi yang sama.
“Maaf ya, tadi kak Leo tanya gitu ke Gio…” Naka sudah menumpuk perasaan bersalah sejak tadi rupanya. Gio tahu dari air mata yang berjatuhan itu.
Seulas senyum Gio berikan sambil ia mengusap pipi selembut kapas Naka.
“Kok naka yang minta maaf sih? Nggak apa-apa sayang… lagian Gio tuh kenal sama kak Leo, dia emang orangnya suka gitu kok. Gio gapapa Naka, I’m not offended at all.”
Naka berhenti menangis kemudian membawa Gio dalam pelukan kecilnya.
“Naka mau makan apa?”
Naka berhenti sejenak sambil berpikir. “Naka lagi kepengen soto ayam.”
“Haha okay, mau beli aja atau-”
“Katanya Gio yang masak…”
“Aight! As you wish, sir…”
Naka jadi cekikikan sendiri melihat Gio-nya malam itu.
[ ]
rain