Nervous.

rain
4 min readFeb 12, 2024

--

`
Lusa itu datang pada akhirnya, siap atau tidak Noah akan tetap menjemputnya di depan kost untuk pergi. Saga sempat menatap dirinya di depan cermin, perlihatkan tubuhnya dengan pakaian rapi seluruh badan. Gugup dirasakan bahkan jauh sebelum Sagara bertemu dengan keluarga besar calon suaminya. Iya, calon suami. Bisa kamu bayangkan? Saga sebentar lagi akan bertemu keluarga dari calon suaminya. Tidak tahu harus bersikap bagaimana supaya hadirnya yang asing itu diterima. Sagara baru pertama kali, tanpa pengalaman.

“Kamu cantik sekali hari ini Saga..” pujian datang langsung dari bibir Noah. Dikatakan dengan sangat yakin dan jujur. Noah sadari pula akhir-akhir ini ia selalu memandang Sagara dengan cantik. Semua yang dikenakan, yang dilakukan apapun itu buat Sagara terlihat semakin cantik di matanya. Entah sejak kapan, Noah jatuh cinta lebih banyak setiap harinya.

Sagara tersipu malu, kedua pipinya itu berubah semerah tomat. “Makasih kak.. eh, maksud Saga.. Mas Noah.”

Noah pun jadi ikut tersenyum dengar nama panggilan itu. Tidak bisa berkomentar, Noah terlalu senang dengan nama panggilan barunya.

“Loh ada Luna?! Hai cantik… sini sama kakak..” Saga menyadari seekor anjing itu duduk manis menyambut kedatangannya sejak ia masuk ke dalam mobil, dengan gerakannya yang lincah Luna melompat-lompat kecil ingin segera naik ke pangkuan Sagara.

“Manisnya…” gumam Sagara seperti biasa ia ucapkan kalimat-kalimat pujian untuk anak anjing tersebut.

Luna, Sagara is your mom from now on. isn't he beautiful?” ucap Noah interupsi kegiatan menyapa Sagara dengan anjing putihnya.

Sagara sampai tidak bisa bereaksi apa-apa selain tersenyum malu memeluk Luna.

Perjalanan dari ibu kota menuju Yogyakarta itu hanya memakan waktu 7 jam sehari. Siang itu Sagara yang baru saja bangun dari tidurnya di kursi penumpang dapat melihat dengan jelas kemana arah mobil Noah membawanya. Tulisan ‘Casa Grande’ terpampang dengan besar dan jelas sebelum mereka memasuki perumahan yang cukup buat Sagara takjub. Sagara seperti sedang dibawa ke belahan dunia lain. Tempat yang Sagara tidak akan kira ia akan datangi seumur hidupnya.

Untuk sesaat perumahan elite yang berada di kawasan premium Yogyakarta itu buatnya menganga. Begitu luas dan indah, Sagara sampai tidak berani bayangkan miliki rumah impian di kawasan hunian ini.

“Sebentar lagi sampai Saga, rumah oma nggak jauh dari gerbang masuk kok.”

Saga menganggukkan kepala saja, ia terlalu kaget untuk merespon.

Jujur saja, sebenarnya Sagara tidak mau cepat sampai. Perjalanan 7 jam itu masih kurang rasanya. Ia takut, semakin dekat semakin jantungnya berdebar.

“Saga, kamu kenapa?” wajahnya pucat. Sagara yang terus pangku Luna sepanjang perjalanan itu rasanya sudah nyaris tidak bisa pikirkan apapun.

“Saga t-takut kak…” banyak sekali yang buatnya takut. Berputar terus di kepala, penuhi jiwanya dengan rasa was-was. Bagaimana jika seandainya sosok Sagara bukan yang diinginkan keluarga besar itu? Ia tahu papi dan mami sudah menerima dirinya dengan senang hati, tapi bagaimana dengan orang baru yang ia temui nanti? Bagaimana dengan reaksi oma yang pertama kali melihatnya. Sagara takut jika kesannya tak membawa hal baik di keluarga besar Noah. Maka siang itu ia berdiam sejenak di dalam mobil, belum mau untuk keluar dan hampiri rumah besar yang sudah ada di depan matanya itu.

“Saga…” Noah menggenggam tangannya perlahan, lembut sekali sampai Saga rasakan hangat.

It's fine. Ada saya di samping kamu. I won't let go of your hand. Sama seperti waktu pertama kali kamu ketemu mami.”

Kak, what if they don't like me?”

They'll like you, Sagara. As much as I like you.” Noah arahkan tangan kanannya itu untuk mengusap pipi Sagara lembut, berusaha tenangkan hatinya yang tengah berdebar hebat dan sibuk tangani rasa takut yang terus di rasanya.

“Boleh nggak, mas jelasin dulu ke Saga tentang keluarga mas?” Sagara perlu persiapan. Setidaknya sedikit bayangan tentang siapa saja yang harus ia temui nanti.

Perlahan Noah berikan senyum. “Nanti kamu akan bertemu dengan keluarga besar dari Mami, Saga… mami itu empat bersaudara, mami anak keduanya oma. Oma orangnya baik, kamu nggak perlu khawatir, cuma sedikit cerewet saja. Ada mas Hendra nanti, sepupu saya –anak pertama dari bude Riris, kakak perempuan mami. Terus nanti kamu akan ketemu sama tante Hanif dan om Luka juga mereka suami istri, om Luka yang anak ketiga oma. Saga nanti juga akan ketemu sama tante Dya, adik mami yang terakhir. Baru menikah 2 tahun yang lalu, anaknya masih kecil-kecil. Kamu nggak perlu khawatir, sepupu saya yang seumuran sama kita cuma Mas Hendra dan Mbak Jian. Mbak Jian anaknya tante Hanif dan om Luka. Sisanya kamu nanti bisa kenalan sama sepupu saya yang lain.”

Sagara mana sangka bahwa penjelasan tentang keluarga Noah dijelaskan secara rinci dan runtut. Ia jadi punya angan-angan nantinya. Nggak perlu lagi menerka yang tidak pasti, penjelasan panjang tadi buatnya merasa tenang.

“Jangan khawatir, nanti ada Giana juga kok. Giana bakal bantu kamu buat kenalan sama sepupu saya nanti.” Tambahi Noah sebelum ia bergerak melepaskan sabuk pengaman milik Sagara.

“Kamu cantik Saga, saya nggak tahu sudah berapa kali saya bilang ini ke kamu.” Noah dekatkan wajahnya sedikit saat membantu Sagara dengan sabuk pengamannya.

“Tunggu,” katanya kemudian keluar lebih dulu demi bukakan pintu mobil untuk Sagara.

[ ]
rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet