—
Sunghoon jarang menangis hanya karena hal-hal kecil. Namun entah mengapa pagi itu melihat makanan yang ia buat nyaris tidak disentuh sama sekali oleh kedua orang tuanya membuat hatinya seakan tersayat. Ada luka tidak terlihat pada dirinya, Sunghoon merasa kecewa sampai tidak tahu bagaimana cara berhenti menangis di tempat umum saat itu.
Bus datang tepat waktu dan ia beruntung sebab hari itu tidak harus bertemu dengan Jay lagi. Bahkan laki-laki itu berharap bahwa ia tidak akan bertemu dengannya hari ini. Segala ide tentang memasak di pagi hari datang darinya, bagaimana bisa orang seperti Jay memiliki kehidupan yang rasanya jauh lebih menyenangkan di rumah dibandingkan dirinya. Sunghoon iri, jujur saja.
Pasti menyenangkan jika ada yang mengapresiasi usaha untuk bangun pagi dan membuatkan sarapan, seperti yang dikatakan Jay padanya. Sunghoon lagi-lagi terlihat menyeka air matanya di dalam bus.
—
Sejauh ini ia tidak melihat tanda-tanda adanya keberadaan Jay pagi itu di sekelilingnya. Ia merasa tenang, setidaknya sampai ia membuka loker miliknya saat itu. Sunghoon mendapati kotak makan sederhana lengkap dengan sebuah notes diatasnya:
‘jangan lupa makan,, terus hari ini jangan cari gue ya, mau bolos seharian hehe..’
Sunghoon sudah muak dengan segala drama makan paginya hari ini. Suasana hatinya sedang berada dalam keadaan yang kacau. Maka dengan segala emosi yang terpendam ia merobek catatan kecil itu dan membuangnya ke tempat sampah. Meski tidak ditulis siapa nama pengirim, Sunghoon tahu dengan jelas bahwa itu adalah Jay. Pemilik kotak makan siang yang sekarang ada padanya.
Dengan langkah malas, sebelum bel masuk kelas pagi itu, Sunghoon memutuskan untuk menghampiri Jay diatas rooftop tempatnya membolos. Tidak percaya bahwa ia akan datang ke tempat ini lagi.
Masih pagi, tapi yang ia dapati adalah Jay bersama dengan rokok yang tengah dihisapnya. Jika sebelumnya Jay membuang puntung rokoknya, kali ini laki-laki itu biarkan saja rokok masih dihisapnya ketika mendapati Sunghoon tiba disana.
“Lo segitunya ya kangen sama gue, sampe nyamperin kesi — “
Brak!
Suara kotak makan dibanting ke atas bangku yang tidak terpakai di atas rooftop itu terdengar begitu memilukan. Jay tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pagi itu.
“Nggak usah taruh kotak makan siang dalem loker gue lagi.” ujarnya seakan mengancam. Sunghoon terdengar sinis dan marah disaat yang bersamaan. Sementara itu Jay masih mencerna maksud dari penolakannya.
“Gue cuma mau buatin lo sarapan doang kok,” jawabnya tenang setelah ia menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Jay sudah sering menerima penolakan sesakit apapun itu.
“Gak perlu.” Sunghoon mengakhiri percakapan mereka secara sepihak, kemudian ia kembali turun sebab jujur saja berada di dekat Jay membuatnya tidak baik-baik saja hari itu.
Tidak ada sedikit saja perasaan bersalah yang hadir dalam hatinya ketika ia mengembalikan kotak makan siang tersebut. Sebab sejak awal pun ia tidak meminta Jay untuk repot-repot membuatkan sarapan untuknya.
[ ]
rain.