kapan nyusul?

rain
5 min readJul 8, 2022

--

Naka menampakan dirinya setelah lima belas menit Gio menunggu, dengan setelan jas rapi dan rambut yang ditata cantik, Naka terlihat lebih seperti seorang pengantin daripada tamu yang datang. Gio dibuatnya tersenyum-senyum sendiri.

Naka melempar tatapan bertanya pada Gio. “Gio? Naka udah nih… ayo berangkat, kenapa senyum-senyum?”

Naka sudah siap dengan sabuk pengaman, namun yang dilakukan Gio saat itu adalah mengusap pipi kanan Naka dengan ibu jarinya lembut.

“Naka cantik banget hari ini…”

Tidak perlu waktu lama, perlahan wajah manis Naka berubah merah padam hingga membuatnya menunduk.

“Gioo??? bisa gak enggak — “

Naka cantik sekali malam itu, serius. Gio jadi tidak tahan untuk menjatuhkan ciuman di atas bibir si manis. Bunyi kecup ringan mengalahkan dengung nyaring pendingin mobil. Naka spontan memejamkan matanya begitu tahu Gio baru saja melumat bibirnya dengan lembut dan manis.

Kemudian diakhiri dengan senyum seringai Gio yang sangat khas. Naka jadi semakin salah tingkah.

“G-gio?”

“Naka, you’re the prettiest thing I’ve ever seen today. Sorry ya I can’t help,” ucap Gio mengakuinya dan kemudian sebuah anggukan diberikan oleh Naka.

Bunda menjadi yang pertama kali datang menghampiri Naka dan Gio yang baru saja datang dengan tangan saling bertaut. Sangat mesra, mereka berikan senyum terbaik begitu mendapati saudara-saudara yang dikenalnya.

“Bunda, maaf ya naka sama gio agak telat..”

“Eyy, gapapa sayang.. lagian nggak telat-telat banget kok. Udah ketemu bude belum kalian?”

Naka menggeleng bersamaan dengan jawaban Gio, “belum bunda.. bude Risa dimana?”

“Itu disana, ayo bunda anter..”

Mereka mengikuti langkah kecil bunda menghampiri seorang wanita paruh baya sekitar 40 tahunan. Berdiri dengan kebayanya yang anggun sedang menebar senyum kepada tamu-tamunya.

“Loh loh loh, ini Naka toh??” serunya lebih ketidak percaya ketika ia melihat sosok Naka yang sudah sangat tinggi. Kemudian dipeluknya sosok Naka ketika laki-laki itu membalas dengan anggukan dan senyum.

“Bude apa kabar?” Naka balas mengusap bahu kakak perempuan bundanya.

“Baik, bude sehat banget ini loh.. Naka gimana? Udah kuliah ya? Ya ampun bude terakhir ketemu kamu pas masih kecil loh, wah wah sudah dewasa ya anakmu ini..” ia melirik bunda dengan senyum bangganya. Naka jadi malu-malu sendiri dan tidak tahu harus menanggapi yang seperti apa.

“Ini?” Bude beralih pandang pada Gio yang tidak jauh berdiri disampingnya.

Gio memperkenalkan diri kembali dengan senyumnya, “Giorafsan, bude..”

“Gio? Waduh iyaa kamu Gio ternyata, temen kecil Naka yang suka jagain Naka itu?” duga Bude Risa baru mengingat segala hal tentang Gio.

Gio tersenyum menanggapi sambil mengangguk.

“Bude, sekarang Gio pacarnya Naka. Bukan temen lagi..” ucap Naka menyela pembicaraan mereka.

Bude semakin mengembangkan senyumnya karena ia terkejut. “Walah, bude udah tahu kalian berdua bakal berakhir pacaran. Memang dari kecil tuh bude suka perhatiin kalian sayang satu sama lain. Jadinya bude nggak heran, kalo kalian pacaran.” begitu katanya.

Gio dan Naka jadi tertawa kecil mendengar asumsi bude. Sejauh ini malamnya tidak terlalu buruk.

“Eh ya udah, bude tinggal dulu ya masih banyak tamu yang harus disapa. Ini kalian kalo mau makan ambil ajaa, gak usah malu-malu…” tuturi Bude pada mereka berdua kemudian meninggalkan sosok Naka dan Gio yang sudah tersenyum-senyum dengan pipi yang merah.

“Bunda tinggal dulu ya,” pamit bunda sekalian pada mereka.

“Oke bun..”

Naka lalu berhadapan dengan Gio, menggenggam tangannya dan menempatkan telapak tangan gio pada dadanya.

“Naka deg-degan.” Naka mengatakannya dengan wajah datar yang kemudian disambut dengan kekehan Gio.

“Naka laper nggak? Mau pudding atau apa? Biar Gio yang ambil buat Naka.”

Begitu kedua bola mata Naka tampak bersinar. “Ice cream…” katanya dengan bibir ditarik keatas.

“Tunggu ya Gio ambil — “

“Naka ikut aja.. Gak mau ditinggalin sendiri.” potong Naka menolak tawaran Gio untuk tinggal menunggu.

“Mau antri panjang juga? Mending Naka tunggu disini sambil duduk.”

Naka tetap memberikan wajah menolak sampai akhirnya Gio mengalah.

Antrian panjang untuk sebuah ice cream akhirnya terbayar. Naka mendapatkan ice cream vanila yang ia mau, sementara Gio memilih ice cream coklat di mangkuknya.

Keduanya duduk di meja bundar yang hanya diisi oleh mereka. Sebenarnya cukup lebar jika hanya diisi mereka berdua yang duduk bersebelahan, sampai ketika beberapa anak muda seumurannya datang menghampiri.

“Gue gak salah lihat nih? Gio ‘kan?” ucap seseorang yang tiba-tiba saja mendekati Gio.

“Kak Jevin?”

Jevin dan Leo, anak dari kakak laki-laki bunda. Sebenarnya juga usia mereka tidak jauh berbeda dengan Naka dan Gio tapi tetap saja harus ada embel-embel ‘kak’ ketika memanggilnya.

“Hai, apa kabar kalian? Lama banget gue ga ketemu lo sama Naka.”

“ya rumah kita kan jauhan kak..” celetuk Naka menanggapi sapaannya. Agak sinis, karena memang sejak kecil Jevin suka sekali iseng dengannya. Naka jadi agak malas kalau bertemu Jevin. Tapi bagaimanapun juga ia tetap salah satu kakak sepupunya yang paling sefrekuensi.

“Duuh,, iya gemes. Masih aja lo sinis gini ke gue, haha..” Jevin mengacak-acak surai Naka sedikit karena gemas. Naka jadi sebal tapi pada akhirnya Gio membantu untuk merapikan kembali sambil terkekeh.

“Baik kok, ka Jevin sama Leo apa kabar?”

“Baik kita mah..” timpali si Leo yang juga ikut berada disana.

“Jesselyn mana kok naka ga lihat dari tadi?”

“Adaa, dia masih sama ibun..”

Bincang-bincang pertemuan keluarga yang tidak ada habisnya. Naka senang karena Gio bahkan sudah sangat akrab dengan keluarganya sendiri. Terima kasih kepada hubungan pertemanan sejak kecil yang membuat mereka semua kembali mengingat masa lalu saat sering berkumpul bersama.

“Sekarang pada sibuk apa nih?” celetuk Liana sepupu perempuan Naka nomor tiga setelah Kak Hana dan Kak Acel yang paling tua di antara mereka semua. Ia baru saja ikut duduk bersama yang lain mengisi meja bundar menjadi penuh.

“Naka kuliah semester 5, Gio nih udah mulai skripsi katanya.”

Liana menengok kepada Gio yang juga sudah dikenalnya dengan akrab.

“Ohya?”

Gio lalu mengangguk.

“Lo kelar skripsi mau cari kerja dimana?” masih ditujukan kepada Gio, Liana memusatkan perhatiannya pada si Taurus.

Gio meletakkan sendok ice cream lalu memperhatikan Liana. “Papa minta Gio nerusin bisnisnya sih kak..”

“Ooh bagus tuh, bisnis bokap lo kan lumayan juga.”

Gio tersipu lalu ia mengangguk.

“Eh katanya lo berdua pacaran ya?” tanya Leo tiba-tiba nimbrung percakapan dan memulai topik baru.

“Kok tau kak?”

“Itu dari tadi gandengan terus sih, hahaha..”

Seketika meja dipenuhi oleh gelak tawa bahagia ketika mendapati Gio dan Naka sedang berada pada hubungan yang spesial. Siapa yang sangka mereka akan berakhir seperti ini.

“Gio ga lari kemana-mana kali Kaa, di gandeng terus…” sindir Jevin senang sekali ketika mendapati Naka sudah mulai salah tingkah.

“Ih ka jevin biarin, suka-suka naka lah..” cetus Naka sinis tapi sambil malu-malu.

“Kapan nyusul?”

Seketika semua atensi dalam meja bundar itu berpusat pada sepasang kekasih yang semakin merasakan canggung. Gio nyaris tersedak sedangkan Naka malah membuang muka malas. Genggaman tangan mereka semakin erat karena Gio tahu Naka tidak nyaman ketika dirinya tiba-tiba menjadi spotlight ditengah-tengah keramaian.

“Kalian tuh kalo ngomong yang bener anjing! Gio masih skripsian lo tanya begitu, mau gue pukul?” tegur Liana yang mulai menyadari bahwa suasana menjadi semakin canggung diantara mereka. Kedua sepupu kecilnya memang suka sekali ceplas-ceplos, siapa lagi kalau bukan Jevin dan Leo.

“Iyaa cuma bercanda sorry..” desah Leo salah satu yang memberikan pertanyaan pada Naka dan Gio.

Naka perlahan melepaskan genggaman tangannya tanpa mengatakan apapun. Gio jadi heran sendiri sambil menatapnya.

“Naka, sayang kenapa?” tanya Gio berbisik lirih mendekatkan dirinya pada Naka.

“Naka mau ke toilet bentar ya..”

[ ]

rain.

--

--

rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.