Kafe Tengah Kota

rain
7 min readOct 23, 2022

--

Sunghoon sampai dua kali melihat jam digital di atas nakas untuk memastikan kalau waktu masih menunjukkan pukul dua belas siang tepat. Namun pandangannya keluar balkon tidak salah lagi, Jay sudah ada disana dengan motor kesayangannya, melambaikan tangan ke atas sembari menangkap pandang matanya.

“Kok lo udah disini?” katanya berteriak namun sayang sekali Jay membalasnya dengan gelengan kepala.

Sunghoon berdecak malas kemudian memutuskan untuk turun ke bawah menghampirinya.

“Kak Jay… ini kan masih jam dua belas??”

Ditanya begitu Jay menarik bibirnya ke atas tanpa diminta. Ada seulas senyum diberikan untuk adik tingkatnya.

“Ya gapapa sih, dari sini ke kateko agak jauh kan jaraknya. Mending berangkat sekarang aja, nyampe sana juga sama aja jam satu.” Jay menyimpulkan, kini tangan kanannya langsung menyodorkan helm untuk Sunghoon yang masih diam mematung.

“Eh? I-iya, bentar mau ganti baju dulu..” katanya yang saat itu hanya mengenakan hoodie dan celana training panjang santainya untuk di rumah. Sungguh Sunghoon belum sama sekali menyiapkan dirinya untuk pergi saat itu juga.

“Ya udah gue tunggu disini.”

“Eh jangan kak… masuk aja ke dalem. Di rumah juga nggak ada siapa-siapa kok,” ucap Sunghoon yang pada akhirnya menawarkan Jay untuk bertamu, masuk ke dalam rumahnya.

Motornya perlahan mulai membelah jalan raya yang siang itu sedang tidak terik. Betul, langit terus mendung sejak pagi tadi. Sebenarnya suasana seperti ini lebih cocok dipakai untuk istirahat saja dirumah, namun Sunghoon lebih tidak nyaman istirahat jika dirinya masih memiliki satu tanggungan tugas dari kegiatan ospeknya.

“Kok tumben sih kak, lo bawa motor?” Sebelum mereka sampai Sunghoon melontarkan satu pertanyaan yang membuatnya terus penasaran hari itu. Sebab tidak biasanya ia melihat Jay membawa motornya saat pergi keluar.

“Lo bilang hari ini nggak bakal hujan, ya gue percaya makanya sekarang bawa motor,” ungkapnya kemudian melanjutkan kembali dengan; “lagian males juga tiap hari bawa mobil.”

Perjalanan menghabiskan waktu tepat satu jam tanpa kemacetan, mereka tiba pukul satu lewat dua puluh delapan menit. Kafe Tengah Kota yang lumayan sering mereka kunjungi hari itu tidak terlalu ramai, meski tidak hujan, duduk di bawah bangku dengan payung di atasnya juga terlihat baik-baik saja.

Setibanya mereka, pelayan menghampiri dengan membawakan dua lembar menu makanan dan minuman yang mereka miliki. Menyambut dengan senyum paling ramah mereka.

“Silahkan..”

Tanpa melihat menu, Sunghoon sudah tahu apa yang ingin ia pesan saat itu.

“Fish and chips sama Strawberry smoothies ya kak.” Dengan senyum Sunghoon memberikan kembali lembar menu tersebut.

“Lo mau pesen apa kak?” tanya ia pada Jay.

“Potato wedges sama americano ya..” laki-laki itu kemudian memberikan kembali menu pada sang pelayan.

“Fish and chips, potato wedges, strawberry smoothies dan americano. Sudah benar?”

Keduanya mengangguk bersamaan kemudian sang pelayan memintanya untuk menunggu sebentar.

“Americano lagi, Americano terus…” celetuk Sunghoon yang mulai kebiasaan dengan pesanan kakak tingkatnya itu. “Nggak di kampus nggak di luar gue perhatiin lo sukanya Americano.”

“Cie perhatiin gue banget ya? Haha..”

“Duh apa sih, ya lagian lo sendiri kan sering jadi the center of attention. Temen-temen cewek gue tuh selalu ngomongin lo muluu. Katanya lo suka jagung lah, lo suka americano, sampe film sama lagu favorit lo aja mereka semua tau kak… gila emang.”

Sunghoon mengoceh panjang lebar tanpa menatap eksistensi lawan bicaranya. Sambil sibuk menyiapkan buku dan laptop yang dibawanya untuk mengerjakan tugas, kini pandangan mata elang Jay terus terpaku pada Sunghoon seorang.

“Emang lo ga ada pacar apa kak? Biar mereka tuh tau kalo suka sama lo juga ada batesannya, gituu… gue juga kalo jadi lo nih ya kak, pasti risih banget.”

Jay tersenyum tanpa sadar mendengar satu persatu, kata demi kata yang si manis itu ucapkan. Ini pertama kalinya ia melihat Sunghoon ngomong panjang lebar bukan dengan teman-temannya namun dengan dirinya secara langsung. Oh, rupanya Jay juga diam-diam memperhatikan Sunghoon selama ini.

“Nggak, cariin dong…”

Jujur saja semua orang atau bahkan teman-teman dekat Jay tahu kalau laki-laki itu sejak dulu memang tidak tertarik untuk pacaran. Tapi kini tiba-tiba saja pernyataan itu muncul diberikan kepada Sunghoon.

“Eeh? Beneran?” kejut Sunghoon tiba-tiba pertanyaan isengnya ditanggapi dengan serius. Bukan, bukan tentang minta dicariin tapi Sunghoon lebih terkejut dengan fakta kalau Jay tidak memiliki pacar.

“Kenapa sih kok kaget banget gitu mukanya.”

“K-kak sorry ya gue gatau kalo lo beneran nggak ada pacar.” Sunghoon mulai panik jadi tidak enak sendiri sudah menyinggung perasaan Jay.

Tapi saat itu Jay malah terbahak-bahak menanggapi permintaan maafnya. Sunghoon jadi tidak mengerti.

“Santai aja kalii… Kalo lo? Udah ada pacar belum?” Jay kini merubah pusat perhatian dari obrolan mereka. Sebab dari pada terus membicarakan tentangnya mengapa tidak mencoba untuk membahas orang yang sedang ada di depannya ini.

Jay mendapati Sunghoon mengangguk setelah pertanyaan itu. Artinya ia punya pacar dan Jay agak sedikit terkejut mengetahui fakta itu namun setelah layar laptop sepenuhnya menyala, di sana cowok manis itu menunjuk sosok yang katanya ‘pacar’ Sunghoon.

“Ini pacar gue, namanya Gaeul. Lucu kan kak? hehe…”

Jay perlahan mengembalikan senyumnya yang sempat menghilang. Ia mengangguk lalu kembali memandangi Sunghoon dalam diamnya.

“Kalo pacar beneran ada nggak?”

Sunghoon tiba-tiba menatapnya datar, “pake ditanya lagi… ya enggak lah kak. Siapa juga yang mau sama orang kaya gue.”

Jay dapat mendengar desah kecil keluar dari mulutnya setelah menyelesaikan kalimat itu. Sunghoon ini rupanya jauh berbeda dengan dirinya yang selalu menjadi pusat atensi. Cowok manis itu malah memiliki lingkup pertemanan yang lebih kecil daripada Jay. Bukan karena ia selalu membatasi diri, namun Sunghoon tidak tertarik memiliki lebih banyak teman.

“Emang lo orangnya kaya gimana?” tertarik dengan pembicaraan, Jay gunakan kesempatan itu untuk lebih jauh mengenal Sunghoon.

“Gue tuh orangnya pemalu, gampang takut sama hal-hal kecil, ketemu orang deh misalnya. Makanya dari jaman sekolah tuh gue jarang banget yang namanya nongkrong, ya meskipun ada juga sih satu sampai dua temen yang ngajakin. Gue juga suka males kalo diajak kenalan sama orang baru gitu.. buat gue kenal sama orang baru sama aja kaya pindah rumah, harus adaptasi lagi sama sikap mereka, memahami orang lain tuh susah, gue males ngerepotin diri gue sendiri kak… Gue juga anaknya pemalas, banyak makan, pokoknya nih suka sering nyusahin orang lah hehe…”

Panjang lebar Jay mendengar bagaimana Sunghoon menjelaskan tentang dirinya. Ah, tentang hal-hal buruk darinya lebih tepatnya. Meskipun begitu Jay tidak melihat itu sebagai sebuah kekurangan.

Sama seperti pertama kali saat mereka bertemu di hari pertamanya ospek. Sunghoon bukan tidak dapat bersosialisasi dengan baik, ia hanya butuh diraih lebih dulu oleh orang-orang disekitarnya saja. Seperti saat Jay yang saat itu pertama kali menghampirinya dan berinisiatif untuk mengenalnya, Sunghoon tidak sama sekali memberikan kesan buruk baginya. Malah menurutnya Sunghoon adalah seseorang yang dapat menjadi tempat ternyaman untuk berbagi cerita.

“Hmm, kalo menurut gue lo nggak gitu kok. Inget nggak waktu pertama kali gue samperin lo di hari pertama ospek?”

“Oh! Yang waktu itu gue lupa bawa alat tulis ‘kan? Aduuh itu malu banget, gue sampe ketahuan nyatet keperluan ospek di handphone, gue pikir lo bakal marah waktu nyamperin gue kak serius deh.. tapi lo malah pinjemin gue alat tulis hehe, makasih banget loh…” akhir Sunghoon dengan senyum nyengirnya. Duh, manis. Kalau begini siapa pun juga bisa jatuh cinta secepat Jay.

“Tapi tetep aja nggak sih, siapa juga yang tertarik sama gue.”

“Ada, there must be someone who has a crush on you. Gue yakin.” Jay menamatkan pandangannya menatap Sunghoon. Untuk sesaat ia telah mengaku dalam pada dirinya sendiri, bahwa ia memang jatuh cinta padanya. Jay menyukainya hanya pada pertemuan pertamanya, dari saat ia perhatikan diam-diam bagaimana tingkah Sunghoon saat mengikuti kegiatan demi kegiatan yang dilakukan saat ospek.

“Why are you so sure…” kekeh Sunghoon ringan. “Emang lo tau siapa orangnya?”

Ditanya begitu sebenarnya juga Jay tidak ingin terlalu buru-buru mengaku bahwa ia menyukainya tapi bagaimanapun juga ada sesuatu yang seakan mendorongnya untuk mengatakannya.

“Nggak tau–”

“Tuh kan… lo aja nggak tau, apalagi gu–”

“But if that person is me?” katakan Jay tepat setelah pelayan pengantar makanan mereka telah kembali ke dapurnya.

Strawberry smoothies biasanya dapat mencuri perhatian Sunghoon dalam sekali tatap, namun pada siang hari yang mendung itu, entah mengapa kalimat Jay telah berhasil mencuri seluruh perhatiannya sekaligus. Membuatnya bepikir,

“M-maksudnya… lo suka sama gue kak?”

Sunghoon mengedipkan kedua matanya berulang kali. Masih tidak percaya kalau ini adalah pengalaman pernyataan cinta pertamanya. Ya, Sunghoon belum pernah mendapatkan pernyataan cinta dari siapa-siapa, selama ini ia selalu membayangkan bagaimana jantungnya akan berdebar hingga saat itu tiba. Melalui kisah cinta teman-temannya ia sempat mendambakan kisah cintanya sendiri. Dan sekarang disinilah ia, duduk mematung menunggu Jay menjelaskan maksud dari kalimatnya.

Sementara itu yang ditunggu kepastiannya kini tersenyum malu-malu sambil menyisir surainya ke belakang. Jay membenarkan posisi duduknya tanpa alasan dan kembali menatap sosok Sunghoon yang sudah berubah menjadi merah mirip minuman strawberry yang ada di depannya.

“Ketahuan ya?” katanya.

“Kak, serius dong…”

“Iya Sunghoon, I’ve been in love with you since we met for the first time.” akunya. Jay benar-benar berhasil mengakui perasaannya tanpa adanya sedikit saja keraguan.

Sunghoon yang tidak pernah percaya pada cinta, kini pandangannya itu semakin dibuat ragu oleh seorang Jay di hadapannya. He spells the words love in front of him who doesn’t believe in it.

“Kok bisa?” heran Sunghoon masih mencari-cari kebenaran sebab ia tahu segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan.

“Do I need to explain?” kekeh Jay kembali menanggapi keheranan Sunghoon.

“I’m in love with your smile, with your eyes when you’re smiling, with your dimples, your carelessness, your everything. I’m in love with y.o.u.” ia tamatkan sekali lagi pandangannya pada Sunghoon. Jay tidak tahu sudah membuat jantungnya berdetak tidak normal.

“K-kak…”

Sunghoon tidak mengira hari itu adalah hari dimana bahwa ia menjadi sangat yakin akan perasaannya pada Jay. Sejak hari pertama tentu saja, si Taurus berhasil mencuri perhatiannya seperti pada serial drama romantis yang sering ditontonnya. ia tidak tahu perasaan itu cinta sampai Jay mengatakannya hari ini.

[ ]

rain.

for those who don’t believe in love, maybe you haven’t found the right person^^

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet