`
Giorafsan sudah tenggelam dalam mimpinya malam itu. Lain dengan Aksaranaka yang masih terjaga. Selimut dinaik turunkan menutupi tubuhnya. Laki-laki itu mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur, namun rasanya percuma. Naka perlahan usapi perutnya sambil cemberut.
“Adek mau apa sih? Ayo tidur ini udah jam 1 malam tauu…” gumamnya resah. Naka berujar pelan sebab tidak ingin membangunkan Gio yang sudah terlihat sangat nyenyak karena sempat mengaku lelah seharian ini di kantor.
Naka tahu itu, ia berusaha tidak membangunkan Gio demi menuruti kemauannya. Tapi lama-lama juga kalau dibiarkan Naka jadi kepikiran terus.
Naka berbalik memposisikan tubuhnya menghadap Gio, mengedipkan matanya yang masih segar sambil takut-takut ingin membangunkannya. Perlahan Naka menarik ujung lengan piyama Gio saat itu, tidak ingin langsung membangunkannya.
“G-gio…” Naka berbisik sebab masih tidak tega membangunkannya.
Maka saat itu Naka putuskan untuk mendekatkan tubuhnya ingin dipeluk. Tanpa disadari pergerakannya dapat membangunkan Gio dari tidurnya. Naka tidak tahu Gio sudah bangun yang dilakukannya hanya mengecup bibir yang lebih tua agar ia kembali tertidur.
“Naka kok belum tidur?”
“Gio? Gio kebangun gara-gara Naka ya? Maaf ya Giyoo…” Naka menundukkan kepala menyembunyikannya dibawah dada bidang Gio. Yang didapatkan setelah itu hanya usapan lalu sedikit kekehan pelan dari Gio.
“Kenapa sayang?” ucap Gio dengan suara mengantuknya.
“Naka mau ice cream gioo…” rengeknya pelan.
“Jam berapa ini?”
“Jam 1 malam,” timpali Naka cepat.
“Besok kita ke kedai ice cream ya.. sekarang tidur dulu.” Gio memilih mengusap surai belakang Naka lembut dan mengajaknya tidur kembali dalam pelukan. Karena jujur saja Gio sangat lelah, kedua matanya saja belum sepenuhnya terbuka saat berbicara.
“Naka maunya sekarang giyoo…”
“Besok pagi Gio janji. Sekarang tengah malam gini mana ada kedai ice cream yang buka Naka..”
Jawaban Gio membuat Naka tidak mengerti, padahal kalau mau ice cream juga tidak perlu harus ke kedai.
“Minimarket juga jual ice cream,” katanya.
Gio diam saja, ternyata ia sudah tertidur lagi. Naka sekarang paham bagaimana lelahnya Gio malam itu. Maka yang ia lakukan hanya memaksakan dirinya untuk tidur meski sulit.
—
“Naka…. sayang.”
Panggilan suara bariton milik Gio seketika terdengar samar di telinga Naka yang baru saja berhasil mencapai mimpinya. Kini matanya harus kembali terbuka perlahan, tak apa, toh Naka baru beberapa menit tertidur, jadi dibangunkan seperti ini sama sekali tidak mengganggunya.
“Gio? Gio habis dari mana kok pake hoodie?”
Gio tersenyum melihat Naka dengan surai yang berantakan dan mata sayunya. Lalu ia berikan kepadanya sebuah ice cream vanilla kesukaan Naka. “Ini katanya mau ice cream. Tadi Gio beli sebentar di minimarket depan.”
Naka terdiam menatap Gio sebentar, lalu dengan nyawa yang baru saja kembali terkumpul ia menerima ice cream pemberian Gio.
“Gio, kan bisa besok aja…” ucap Naka merasa tidak enak. Ia sudah membiarkan Gio yang kelihatan sangat lelah itu keluar tengah malam hanya untuk menuruti keinginannya.
“Katanya Naka maunya sekarang…” Gio usap pucuk kepala Naka sembari berikan senyum manisnya dengan sayang. Lain dengan Naka yang malah menunduk sedih.
“Gio pasti capek, Naka pasti ganggu gio istirahat yaa..” katanya kembali menatap Gio di hadapannya.
Ditatap oleh Naka dengan puppy eyes seperti ini membuat Gio tidak tahan untuk tertawa karena gemas. Dibawanya cowok manis itu dalam pelukan, lalu diusap pucuk kepalanya.
“Udah Naka nggak usah sedih gituu, Gio nggak capek kok, selama itu buat Naka, Gio bakal turutin apapun itu.”
Gio rupanya sudah ditahap cinta yang akan melakukan apapun untuk pasangannya. Kalau Naka minta dibuatkan candi pun, mungkin ia juga akan mengiyakannya. Dasar bucin.
[ ]
rain