Mahesa menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Aksaranaka tanpa direncanakan. Malam itu entah mengapa ia terus memikirkan Naka tanpa henti, sampai hujan berhenti ia memutuskan untuk keluar rumah dan berakhir di tempat ini. Mahesa telah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan bersandar di depan mobilnya sendiri menunggu Naka datang menemuinya.
“Kak..” Si kelahiran Desember itu menghampirinya dengan piyama tidur. Mahesa menyadari bahwa Naka terlihat lebih kecil dengan hoodie yang dipakainya.
Mahesa tersenyum menyapa kedatangannya, “maaf ya, kak hesa ganggu naka malem-malem begini.”
Naka menggeleng menjawabnya, “nggak kok, gapapa..”
Lalu tanpa disadari Mahesa menyodorkan satu bungkus plastik berisi beberapa camilan untuk Naka. “Tadi kakak mampir bentar bawain Naka ice cream,” katanya.
“Kak hesa nggak usah repot-repot kali…”
“Orang cuma ice cream, apanya yang repot-repot.” Setelah itu ia berikan senyum simpul untuk Naka di depannya.
“Makasih kak…” Naka tersenyum sampai ia tiba-tiba tersadar akan satu hal. “Oh iya betul, Naka lupa dari kemaren mau balikin payungnya kak-”
“Naka.” seru Mahesa menghentikan kalimatnya dan menahan dirinya untuk tidak buru-buru masuk kedalam guna mengambil payung.
Hal seperti ini memang sudah pernah terjadi, ketika Mahesa menggenggam tangannya, Naka sudah tidak dapat berpikir dengan normal. Semua isi kepalanya kembali terputar pada malam saat laki-laki kelahiran Oktober itu memberikan kecup diatas keningnya.
Naka diam saja setelah mereka kembali berhadapan.
“Tadi kak hesa cuma bilang sebentar aja kan?” Mahesa menunduk sedikit menatap mata Naka, sebab ia baru saja menyadari bahwa Naka sedikit lebih pendek darinya.
“Kak hesa cuma pengen ketemu Naka kok…” ucap kembali Mahesa seakan tidak ingin berhenti membuat jantungnya berdegup tidak karuan. Naka berdoa semoga Mahesa tidak mendengarnya.
Mahesa meraih tangan Naka yang lain seketika.
“Naka,” Mahesa mendenguskan nafasnya lalu berkata, “have you ever fallen in love with someone, but it feels so hard to confess?”
Naka terdiam, untuk sesaat ia mencoba memahami maksud pernyataan Mahesa yang disampaikan secara tiba-tiba. Sementara itu, Mahesa terus sibuk menatapnya seakan-akan ia sedang menggantungkan segalanya pada dirinya. Jika harus menjawab, Naka tidak dan belum pernah berada di posisi itu, ia tidak tahu harus menjawab apa selain dengan tatapan prihatin yang diberikan pada yang lebih tua. Mahesa semakin terlihat menyedihkan dihadapannya saat itu.
“Kak Hesa kenapa?” ucapnya bertanya dengan suara yang paling lembut. Naka memeluknya, berharap ia dapat membuat Mahesa lebih baik.
Mahesa kemudian tersenyum miris, meski ia jatuh cinta pada Naka perasaan itu rasanya hanya pantas ia simpan dalam hati saja. Mahesa kembali mengumpulkan sisa-sisa tenaganya hari itu kemudian tersenyum menanggapi pertanyaan Naka.
“Kak Hesa sayang sama Naka,” ungkap Mahesa sebelum ia kembali melanjutkan kalimatnya setelah jeda. “I love you without any reason, Naka. Kak Hesa jatuh cinta sama Naka sejak pertama kali kita ketemu.”
Sejak pertama kali ia bertemu. Naka dan Mahesa bertemu sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Saat Sean mengajaknya untuk mengerjakan tugas bersama di rumahnya. Selama itukah Mahesa telah menyimpan perasaan padanya. Begitukah cara Mahesa menyembunyikan segalanya padanya selama ini, baru sampai saat ini ia merasa telah dapat mengungkapkan dengan jujur.
Naka harus memproses segalanya sendiri malam itu. Tentang pernyataan cinta yang secara tiba-tiba dan tidak terduga dari orang yang tidak disangka-sangka telah mencintainya selama itu.
“K-kak, t-tapi N-naka…”
Malahan Mahesa tersenyum melihatnya terbata. “Naka nggak perlu jawab. Kak Hesa cuma confess karena kak hesa ngerasa perasaan ini sudah terlalu lama dipendam. Sekarang kak hesa udah gapapa.” katanya menjelaskan.
Naka semakin tidak paham dengan perasaannya sendiri, maka yang dilakukannya saat itu hanyalah tersenyum dengan kedua pipi yang sudah memerah panas.
“Sekarang Naka masuk, terus tidur ya.. maaf udah ganggu malem-malem gini.”
Begitu Mahesa menyelesaikan kalimatnya, Naka kemudian menggeleng. “Enggak kok, kak… gapapa,” ucapnya. Untuk pertama kali Naka merasa sedikit canggung.
Malam itu rasanya aneh bagi Naka. Namun ia tetap dapat merasakan perasaan hangat berada di dekat Mahesa. Naka tidak tahu perasaan seperti apa yang ia rasakan saat ini. Semua yang Mahesa lakukan rasanya persis seperti apa yang akan dilakukan Gio padanya, apalagi saat Mahesa mulai terbiasa melakukan puk-puk di kepala setiap Naka terlihat senang.
[ ]
rain