Favorite Place of Him

rain
5 min readJan 18, 2024

--

Sagara tidak tahu ia harus lewati sisa hari itu dengan jantung yang berdebar tidak karuan sebab bayangannya tadi. Lagipula salahkah ia jika bayangkan hari itu akan segera tiba?

Noah juga bukankah sudah sebutkan bahwa dirinya akan menikahi Sagara nantinya? Entahlah, mungkin karena semuanya terjadi terlalu cepat. Sagara tidak mau tanyakan kepastian keputusan itu pada yang bersangkutan sekarang. Meski jauh dalam hatinya ia butuh.

Jangan sampai ia tanyakan hal bodoh sepert saat ia mengajak Noah untuk having sex. Jangan. Sampai.

Saga gelengkan kepalanya tidak sadar. Buat Noah timbulkn satu tanda tanya diatas kepalanya.

“Kenapa Saga? Pusing?”

“Nggak kok kak.. kak Noah makasih ya sudah bawa Saga jalan-jalan hari ini. Sudah mau Saga ajak ke tempat-tempat favorit Saga, hehe.”

“Kamu senang?” Alih-alih ucapkan ‘sama-sama’ atau ‘terima kasih kembali’ Noah malah tanyakan perasaan hatinya saat itu.

Sagara mengangguk. “Seneng, kak Noah.. Saga juga udah lama nggak jalan-jalan ke mall.”

“Biasanya kamu jalan sama siapa ke mall?”

“Temen.” jawabnya. Sagara tidak mau bahas dirinya lagi, dengan cepat ia lanjutkan kalimatnya. “Kalo kak Noah ada tempat favorit juga nggak?”

“Ada. Kamu mau saya ajak kesana?”

Sagara tidak temukan alasan untuk menolak ajakan Noah malam itu. Meski ia sedikit rasakan lelah, ia tetap ingin pergi kunjungi tempat favorit Noah hari itu juga.

“Boleh boleh.”

Sagara tidak tahu kalau tempat itu adalah rumah. Rumah tempatnya dibesarkan. Rumah tempatnya kembali saat ia merindukan keluarganya. Dengan santainya Noah bawa Sagara ke tempat paling tidak pernah ia duga ia akan dibawa kemari.

“Ini rumah kak Noah?”

Noah tersenyum lalu mengangguk. “Iya, ayo turun. Kita ketemu mami sama papi dulu ya.”

Tidak perlu kalimat lagi untuk menjelaskan, Noah segera turun dari mobil dan berjalan cepat membukakan pintu mobil untuk Sagara. Laki-laki itu ulurkan tangannya, biarkan Sagara meraihnya untuk digandeng.

Maka pada saat itu Saga tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tahu harus bagaimana dirinya bersikap. Sama seperti saat ia bertemu dengan Mami dan Giana beberapa minggu yang lalu.

“Loh? Kak Sagara sama mas Noah?” pekik Giana pertama kali dapati dua orang itu memasuki ruangan tengah yang menghubungkan ruang keluarga dan ruang tamu.

“Mami mana Gi?”

“Ada, ada di dapur mas.. bentar Giana panggil mami.”

“Siapa dek?” dengar keributan sedikit di ruang tengah papi yang tengah sibukkan diri dengan buku favoritnya kini mulai penasaran.

“Mas Noah sama pacarnya Pi..”

Pria paruh baya itu langsung singkirkan buku dan lepaskan kacamata bacanya untuk melihat lebih jelas siapa yang dimaksud anak bungsunya dengan ‘pacar mas Noah’.

“Loh Noah? Kamu pulang ke rumah kok ndak bilang-bilang?” Papi sambut kedatangan anak sulungnya itu dengan pelukan. Noah dengan sopan mencium tangan sang papi yang selalu ia hormati sebagai orang tua. Sagara tidak paham, setia gerakan dan tindakan yang dilakukan Noah terhadap anggota keluarganya itu selalu buatnya kagum dan jatuh cinta lebih dalam.

Baru lima menit ia tiba di rumah, Sagara sudah tahu betul kalau Noah adalah anak sulung yang patut dijadikan contoh untuk adiknya. Anak sulung yang mungkin hadirnya selalu dirindukan kedua orang tuanya di rumah meski sudah punyai rumah hasil jerih payahnya sendiri.

“Iki siapa? Cantik betul? Pacarmu toh?” tanyai James, sang papi dengan logat Jawa Tengah khasnya yang terdengar masih kental.

“Iya pi, Sagara namanya.”

“Malam Om..” sapa Sagara sopan menyalami sang papi. Bersamaan dengan itu Michelle hadir dari arah dapur terkejut dengan kehadiran anak sulungnya yang tiba-tiba pulang ke rumah.

“Loh ada si cantik? Kamu kok ndak bilang mas mau ajak Sagara ke rumah?”

“Lah iya, tiba-tiba diajak kemari. Papi baru kenalan juga. Kalo bilang jauh-jauh hari kan mamimu bisa siapkan makan malam.” Tanggap James ikut setuju dengan reaksi sang mami.

“Sagara gimana kabarnya sayang?” Mami dengan tubuh aroma bumbu dapur itu berhambur memeluk Sagara di samping Noah.

“Baik mami. Mami gimana?” Sagara balas pelukan itu dengan usap punggung mami pelan.

“Baik, mami kangen tau sama kamu. Ayo sini kita makan malam bareng aja, mami tau kamu belum makan toh?”

Sagara mengangguk, sambil tersenyum ia iyakan ajakan mami yang mulai menarik dirinya ke meja makan. Tahu-tahu dirinya sudah ada di meja makan. Duduk di antara Giana dan Noah.

“Kamu sama Sagara sudah lama toh pacarannya mas?”

“Sudah jalan 3 bulan sih pi..”

Sagara tidak harus menjawab, namun tetap saja ia tidak dapat sembunyikan dirinya yang terkejut. Ia tahu 3 bulan itu adalah waktu dimana ia sudah dijadikan Noah sebagai dog sitter tetap untuk menjaga Luna ketika laki-laki itu tengah sibuk bekerja. Jadi Noah anggap hubungan mereka seperti itu selama 3 bulan ini? Atau semua hanya halu nya saja? Lagipula Sagara tahu ia harus berakting sangat meyakinkan di depan kedua orang tuanya.

“Lho ya sudah lama mas, sudah ada rencana mau nikahin Sagara belum?”

“Nanti pi, Sagara nya masih nyusun skripsi,” timpali Michelle sambil tangannya bergerak dengan lihai letakkan lauk bakwan jagung di atas piring si bungsu yang meski pada akhirnya bakwan jagung itu berpindah tempat ke piring Noah, Giana tak suka.

“Ooh gitu, ya udah nggak usah buru-buru sabar dulu. Nanti kalo sudah waktunya saja direncanakan lagi. Terus perusahaan papu yang kamu urus gimana mas? Baik-baik aja?” Lalu tibalah pertanyaan itu yang sudah jelas ditujukan pada Noah.

“Lancar aja kok pi sejauh ini.”

“Kalo ada kendala bilang papi, nanti tak bantu.”

Sagara tersenyum, ia baru sadari ternyata Noah yang ia kenal sebagai individu mandiri itu juga masih mendapat perlakuan yang sama seperti seorang anak laki-laki pada umumnya. Keluarga ini juga begitu, ingatkan pada sang bunda yang selalu tunggu kehadirannya pulang jauh dari tempatnya berada.

“Mas sama kak Saga mau nginep disini?” Tanyai Giana yang dari awal sudah bersemangat dengan kedatangan kakaknya ini. Apalagi Sagara yang sudah mulai akrab dengannya.

“Nggak Gi, mas sama kak saga nanti pulang.”

Dengar itu Giana jatuhkan kedua bahunya kecewa.

“Walah sehari aja nginep kenapa sih mas?”

“Nggak bisa Gi, kak Saga besok kuliah. Luna juga nggak ada yang jaga di rumah. Kapan-kapan aja mas Noah nginep ya?” Noah tenangkan cewek 16 tahun ini dengan usapan diatas kepalanya.

“Ya udah lah, tapi janji ya mas kapan-kapan nginep rumah?”

“Iya.”

“Sama kak saga loh!”

“Kalo itu sih kamu tanya orangnya langsung, mau nggak?”

Sagara seketika rasakan atensi terpusat padanya. Padahal yang harus ditatapnya saat itu hanya Giana tapi pandangannya kemana mana.

“Gimana kak?”

“B-boleh..”

“Yeey!!” Pekik Giana kesenangan. Ia sampai peluk Sagara di sampingnya itu dengan erat. Buat Sagara terkejut dan bingung di waktu yang bersamaan. Namun meski begitu yang buatnya lebih bingung adalah Noah yang hari itu tak bahas pernikahan yang ia rencanakan sama sekali dengan kedua orang tuanya. Ada apa dengannya?

[ ]

rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet