family dinner

rain
3 min readJul 14, 2022

--

Rencana berubah total, Naka dan Gio batal menghabiskan waktu berdua saja seperti yang sudah direncanakan kemarin. Sebagai gantinya, mereka berdua duduk berempat bersama mama dan papa di dalam sebuah restoran mewah. Membicarakan hal-hal yang Naka tidak mengerti antara Gio dan papa. Meskipun begitu tidak sedikit juga mereka memperhatikan Naka yang hari itu datang membawa kejutan untuk Gio. Naka merasa telah menjadi bagian dari keluarganya.

“Kalau gitu kamu bulan depan sudah bisa mulai siapin semuanya Gio…” Papa membicarakan tentang bisnis dan pekerjaan yang Naka sendiri tidak tahu apa maksudnya, yang ia tahu hanya Gio yang mulai menanggapi papa dengan anggukan sekenannya.

“Oh iya, papa denger-denger kamu udah punya rencana buat nikahin Naka ya?” dan hingga tiba pada satu pertanyaan yang tidak pernah Naka menduga akan ditanyakan pada acara makan malam ini. Gio terdiam sejenak menatap Naka. Si Taurus itu mengerti betapa Naka merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang baru saja diberikan.

“Pa, itu masih rencana kok.. Lagian Naka juga baru mulai skripsi tahun depan. Gio sama Naka nggak mau buru-buru dulu.” jelas Gio sembari ia menggenggam tangan kiri Naka yang di sembunyikan di bawah meja.

Papa menatap keduanya tanpa ekspresi sedetik kemudian ia mengulas senyum. “Papa tau, kalian juga nggak harus buru-buru kok. Tapi kan kalo ada niat baik nggak bagus di tunda-tunda. Umur kalian juga udah cukup kan tahun depan untuk menikah..”

“Pa, Gio mau serius nerusin bisnis papa dulu. Naka juga butuh waktu untuk siapin semuanya.” tambahi Gio atas argumennya.

Naka tidak tahu kalau acara makan malam akan menjadi seserius ini. Ia menelan salivanya pelan-pelan mencoba untuk mencerna segalanya yang terjadi saat ini.

Makan malam ternyata tidak berjalan begitu menyenangkan ketika ia harus dihadapkan dengan pertanyaan soal pernikahan. Gio dan Naka sama-sama mendengus lega setelah mereka kembali duduk di dalam mobil berdua saja tanpa papa dan mama yang sudah duluan pulang dengan mobil yang berbeda.

Berada dalam kesunyian keduanya sama-sama memikirkan hal yang tidak jauh berbeda. Sejenak Gio memberikan ruang diantaranya. Ia menatap dasbor mobil yang masih belum menyala. Melamun memikirkan bagaimana sebenarnya Gio tidak terlalu tertarik dengan bisnis sang papa. Tapi bagaimanapun juga janji tetaplah janji, dan Gio tidak akan mengingkari janjinya pada papa.

“Gio ada yang dipikirin?” ucap Naka disela-sela lamunannya. Gio tersenyum menyadari bahwa yang terkasih masih berada disana.

Gio menggeleng berusaha menyembunyikan rasa tidak nyamannya pada Naka. Sebab ia tahu malam itu bukan hanya dirinya yang merasa tidak nyaman atas percakapan makan malam barusan.

“Gio minta maaf ya… tadi papa-”

“Gio,” panggilnya sebelum Gio sempat menyelesaikan kalimatnya. Gio perhatikan Naka, ia berikan atensi lebih untuk si manis.

“Gio enggak buru-buru untuk nikah kan?” Naka berhasil mengucapkan kekhawatirannya malam itu, membuat Gio langsung membawanya ke dalam pelukan.

“Enggak sayang, Gio nggak buru-buru. Gio nggak mau jadi penghalang buat Naka. Naka harus bisa selesaiin kuliah dan jadi apa yang Naka mau nanti. Naka inget kan, jalan kita masih panjang. Omongan papa nggak usah dipikirin lagi ya naka..” Gio mengucapkan kalimatnya lembut bagai mantra, ia mengusap surai hitam Naka kebelakang dengan lembut sembari memberikan kecup diatasnya.

Hari yang panjang. Gio bahkan masih mengenakan setelan jas yang dipakai di hari kelulusannya hari itu. Rencana untuk menghabiskan waktu berdua kini hanya tinggal wacana. Kecuali malam itu Naka menatapnya dengan tatapan berharap.

“Gio, kita jalan-jalan keliling kota sebentar, boleh?” dan satu kali angguk diikuti senyum setuju Gio berikan padanya.

[ ]

rain

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet