﹏
Wangi aroma lime dan mint berkecamuk menjadi satu penuhi ruangan yang disebut sebagai kamar utama. Pelakunya adalah Aksaranaka, ia baru saja keluar dari kamar mandi beberapa detik yang lalu. Rambutnya masih basah, siapapun tahu kalau laki-laki manis kelahiran Desember itu usai mencuci rambutnya yang mulai sedikit panjang.
Bohong kalau Giorafsan tidak sedikit tergoda. Sudah berapa tahun sejak umur pernikahannya dengan Naka, ia selalu suka wangi yang Naka bawa dari kamar mandi setelah mandi. Wangi yang segar yang kadang dapat menggugah selera Gio untuk mendekatinya hanya sekedar usap-usap ujung hidungnya ke tengkuk leher yang lebih muda.
“Gio geli…” dan Naka akan berikan komentar yang sama setiap kali hal itu terjadi. Hari ini Gio nyaris menggigit kecil leher Aksaranaka kalau laki-laki itu tidak sempat protes dan sedikit menjauh. Namun saat itu Giorafsan malah terkekeh kecil tanggapi protes menggemaskan Naka.
“Naka, tadi Gio habis ngobrol sama papa soal Cherie.”
“Mm? Terus gimana Gio?” Naka mulai tertarik, ia benarkan posisi duduk di tepi ranjang dan pusatkan perhatian pada suami tercinta.
“Papa saranin buat cari babysitter untuk adek. Biar adek ada yang jagain kalau Gio sama Naka kerja. Gimana?”
Tampak berpikir sejenak, Aksaranaka menundukkan kepalanya sebentar sebelum menjawab lagi.
“Tapi Naka kan udah pernah bilang kalau Naka nggak mau pakai pengasuh. Naka nggak suka Gio. Mending Naka yang berhenti kerja buat—”
“Kalau Naka mau berhenti kerja, Gio nggak ngelarang kok. Lagian Gio masih bisa provide soal keuangan keluarga kita. Gio masih bisa sekolahin adek dan nafkahin Naka. Tapi Gio sering lihat kalau Naka bahagia banget waktu lagi kerja, mungkin kerjaan Naka salah satu dari sumber bahagia Naka. Naka yakin mau berhenti? Gio bakal dukung apapun keputusan Naka.”
Lama Giorafsan biarkan yang terkasih berpikir sejenak. Sambil ia peluk tubuhnya dari belakang, masih tak ingin lewatkan semerbak wangi menyegarkan dari tubuh Aksaranaka.
“G-gio..”
“Iya, kenapa Naka sayang?” Giorafsan hentikan kegiatan mengecup tengkuk leher Naka dan kembali perhatikan kesayangannya berbicara.
“Kalau pakai babysitter, Cherie bakal jauh sama Gio dan Naka? Kalau pakai babysitter berarti akan ada orang asing di antara keluarga Naka sama Gio? Naka nggak mau…”
Gio desahkan nafasnya pendek, untuk menanggapi rasa khawatir Naka ia jadi ingat percakapannya dengan mama beberapa menit yang lalu melalui via teks.
“Gio juga ngerti Naka nggak mau sembarangan cari babysitter. Tadi mama bilang ke Gio kalau ada keponakan tetangga sebelah, anak yatim piatu lulusan SMA mau ngelamar jadi babysitter Cherie. Kata mama anaknya baik dan rajin. Mama kenal, namanya Amanda. Keluarga sambungnya nggak bisa kasih biaya Amanda untuk lanjutin kuliah. Jadi Amanda sendiri yang menawarkan diri untuk jadi babysitter Cherie lewat mama.”
Aksaranaka tampak antusias dengarkan Gio berbicara. Sampai ia merasa sedikit tertarik.
“Gio, ada foto Amanda? Naka pengen tahu anaknya.”
“Kayanya tadi mama kirim ke Gio deh, bentar..” Gio sibuk mencari letak ponselnya dan membuka ulang ruang obrolannya dengan sang mama.
“Ini dia.. Amanda.”
Naka terpaku. Ia pandangi potret seorang gadis dengan senyum begitu manis. Bukan foto yang disengaja, Amanda tampak begitu cantik dengan alami tanpa menatap kamera yang mencoba mengambil gambarnya. Naka dapat menebak usianya yang masih begitu muda untuk menjalani tugas sebagai pengasuh bayi. Ada perasaan tidak tega saat ingat kembali latar belakang gadis tersebut. Lalu sebuah ide luar biasa muncul di kepalanya.
“Gio… gimana kalau kita adopsi Amanda aja buat jadi kakaknya Cherie.” Aksaranaka usul dengan penuh antusias.
“Adopsi?”
Naka mengangguk tanggapi kebingungan Gio. “Iya Gio.. Kita adopsi Amanda, kita biayain Amanda biar bisa kuliah, kita rawat Amanda dengan baik kaya kita besarin Cherie bareng. Naka percaya Amanda bisa jadi kakak yang baik buat Cherie nanti. Gimana?”
Adopsi satu lagi anggota keluarga bukanlah keputusan yang main-main. Giorafsan terdiam sejenak pikirkan usulan Naka. Ia sendiri sebenarnya tidak masalah, tapi apakah ia maupun Naka sanggup menjadi orang tua yang baik untuk keduanya? Untuk Amanda maupun Cherie. Gio pikirkan lebih jauh lagi.
“Naka serius?”
Naka mengangguk. “Naka tahu Amanda anaknya baik. Amanda nggak perlu jagain Cherie kaya babysitter. Dia cuma berperan sebagai kakak yang baik buat Cherie, buat keluarga kita, dan jadi kakak yang bisa sayang sama adeknya kaya keluarga kandung. Naka yakin feeling Naka nggak salah, Amanda bisa jadi kakak yang baik buat adek.”
Giorafsan pandangi Aksaranaka dengan binar berkilauan di matanya. Tanda bahwa ia benar-benar serius soal adopsi anak pertama di keluarganya.
“Kalau gitu, besok kita coba ketemu sama Amanda dulu ya? Kita kenalan sama anaknya dulu.”
Naka tersenyum, tidak ada yang bisa menebak seberapa bahagianya ia malam itu. Tubuhnya yang dipeluk dari belakang langsung berbalik demi dapatkan peluk dan cium untuk Gio.
“Makasih Gio sayang…”
[ ]
rain.