baby girl

rain
4 min readNov 5, 2022

--

Selasa pukul 7 pagi. Hangat matahari yang sedang berusaha menyelinap masuk melalui sela-sela tirai yang tertiup angin kini sedang tersenyum iri melihat sepasang kekasih yang masih enggan meninggalkan tempat tidurnya. Giorafsan menjadikan tangan kirinya sebagai tumpuan bagi kepala Naka yang kini tertidur dengan senyum mengembang di wajahnya. Begitu terus sejak tadi, Gio mengusap pipi selembut kapas itu dengan perlahan.

Bukan melupakan pekerjaannya namun rupanya mereka tengah sengaja mengambil cuti satu hari untuk menghabiskan waktu berdua hari ini. Giorafsan baru saja sembuh dari penyakit yang dideritanya, berkat Naka yang pagi, siang, sore tidak pernah lupa mengingatkannya untuk makan dan minum obat.

Maka saat ini si Taurus itu tersenyum memandangi yang lebih muda sebab tentu saja ia tidak melupakan fakta bahwa Naka terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat sedang tertidur. Tidak heran kalau cintanya terus bertambah di setiap harinya saat ia membuka mata. Untuk Gio, every day is a lucky day knowing that he wakes up beside him.

“Good morning cantiknya Gio…” suara sapa yang diberikan pun teramat lembut sampai membuat cowok Sagitarius itu ingin kembali tidur. Tapi alih-alih melakukannya, ia malah mengembangkan senyumnya sampai membuatnya tertawa kecil.

Perlahan ia buka matanya, menatap kesayangannya dengan mata menyipit berkat cahaya terang matahari. “Morning Gio…”

Naka selipkan kedua tangannya memeluk perut Gio erat sekali. Kemudian tidak butuh waktu lama ia kembali menyembunyikan wajahnya di atas dada bidang yang lebih tua.

“Naka kangen Gioo,” katanya. Rupanya rasa rindu akibat dari dua minggu tak bertemu masih saja tersisa dalam hatinya sejak semalam. Naka bergerak mundur sedikit dari pelukan itu, ia pandangi Giorafsan dari dekat, sudah menjadi hal favoritnya setiap pagi.

“Gio,” panggilnya kembali sebelum ia mendengar jawaban apapun keluar dari mulut Gio.

“Hmm? Kenapa?” timpali Gio usai menjatuhkan satu kecup manis di atas kening kesayangannya.

“Gio kalo bangun tidur gini kok agak beda ya?”

Gio sampai tertawa sendiri setelah mendengar pernyataan Naka barusan. “Beda gimana?”

jawab pertanyaan itu. Kini netranya tak dapat lepas begitu saja dari pemandangan si manis yang ada di depannya.

Naka lalu terdiam memberi jeda sebelum ia menjawab. “Hehe gio jadi lucu…” ucapnya sambil menoel-noel pipi Gio gemas. Naka tersenyum menyadari betapa ia menyukai Gio dalam keadaan apapun, termasuk saat bangun tidur seperti ini. Gio yang kedua pipinya masih di usap-usap oleh Naka kini menatapnya pasrah.

“Mau sampe kapan pipi Gio dibuat mainan gini sama Naka?” katanya sembari memejamkan mata. Gio berkedip tidak ingin menghentikan kegiatan kesayangannya itu.

Hehe gemes tauu… Gio kalo bangun tidur gantengnya beda,” ucap Naka, berhasil membuat Gio merona sedikit tanpa ia sadari.

“I-iya udah ini… mau sampe kapan Gio di unyel-unyel begini Nakaa~”

Iiiih bentar dong, adek pengen unyel-unyel ayahnya inii…”

Sulit kalau sudah begini untuk menolak. Gio mendengus pasrah sambil bibirnya dikerucutkan gemas oleh Naka sendiri. “Hahaha gio, gio mirip bebek tauuu haha.”

Iya, selama Naka-nya bahagia, apapun ia terima dengan senyum.

“Gio laper… Naka laper nggak? Mau makan?”

Mendengar pertanyaan begitu Naka langsung menganggukkan kepalanya cepat, setuju dengan pernyataan bahwa ia memang sedang lapar. Maka tidak perlu berpikir dua kali kini keduanya beranjak dari tempat tidur menuju dapur.

Ditinggalkan selama dua minggu, Naka cukup merindukan dapur mereka. Kini ia duduk menopang dagu memandangi Gio memasak dari belakangnya. Sambil mengira-ngira kejutan apa lagi yang akan menunggunya pagi ini. Ia terus menunggu sampai Gio kemudian berbalik dengan dua roti panggang dengan selai coklat kacang di dalamnya.

Tanpa sepatah kata, Gio tersenyum menyajikan roti panggang itu di depan Naka.

“Makasih banyak ayah giyoo~”

Lagi-lagi panggilan dari Naka yang tiba-tiba begitu membuat Giorafsan jadi tidak terkendali. Jantungnya berdebar tanpa alasan hanya dengan mendengar kata ‘ayah’ sebelum namanya disebut. Gio tersipu, ia sadar bahwa dirinya akan segera menjadi salah satunya.

“Cie yang udah 4 bulan hamil adek…” celetuk Giorafsan setelah ia menyelesaikan kegiatannya dan ikut bergabung di meja pantry bersama Naka.

Si manis terkekeh mendengar sindiran pagi hari untuknya. Meski begitu ia tetap melanjutkan sarapan paginya.

“Naka kapan mau usg lagi? Katanya kalo udah 4 bulan jenis kelamin adek udah kelihatan kan?”

Naka mengangguk. “Kayanya minggu depan deh gio, naka check up sekalian usg. Sama bunda..”

“Kenapa nggak hari ini aja?”

“Bunda nggak bisa Gio, masih repot.”

“Sama Gio aja Naka…”

“Hmm, okay.” Naka berikan senyum setelah Gio mengusap selai di ujung bibirnya.

Tidak ada hari yang paling mendebarkan selain hari ini. Selasa pukul 11 siang, Naka sudah duduk bersama Gio di ruang tunggu untuk menunggu giliran namanya dipanggil. Ia tidak sabar ingin tahu jenis kelamin si kecil yang sedang di dalam perutnya. Naka dari tadi sampai tidak berhenti tersenyum sembari mengusap perutnya dengan sayang.

“Gio maunya adek cowok apa cewek?”

“Cowok.” sahut Gio cepat sudah yakin sekali.

“Tapi Naka maunya cewek tauu..”

Gio tersenyum dan berakhir mengusap pucuk kepala Aksaranaka lembut. “Mau cewek atau cowok Gio gak masalah kok, yang penting Naka sama adek sehat.”

Terlintas sedikit bagaimana mimpi buruk yang pernah Gio dapat itu dalam kepalanya. Naka menyadari bagaimana genggaman tangan Giorafsan itu sudah semakin erat dan bertambah hangat. Ia tahu, tidak ada yang perlu di khawatirkan selama ia bersama Gio.

“Aksaranaka..” begitu namanya dipanggil dengan amat jelas, seorang suster dengan senyum ramah mengundangnya untuk masuk menemui dokter kandungan yang telah menunggunya di dalam.

Naka berbaring di samping layar yang tidak terlalu besar menunjukkan isi di dalam perutnya. Kemudian dokter muda itu tersenyum kepada dua orang yang tengah bertanya-tanya apa maksud dari layar tersebut.

“Bayinya sehat kok, jenis kelaminnya perempuan…” katanya memberitahu.

Ada perasaan sangat lega setelah Gio mendengar kata ‘sehat’ disebutkan dengan jelas.

“Selamat ya… Anak pertama?” tanya sang dokter.

Naka mengangguk malu-malu namun tetap tidak dapat menyembunyikan perasaan senangnya. Anak pertamanya, seorang gadis yang selalu ia dambakan sejak hari pertama.

“Iya dok..” jawab Gio.

“Semoga semuanya lancar ya sampai persalinan nanti.”

Iya, semoga.

[ ]

rain.

--

--

rain
rain

Written by rain

ֶָ֢ 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆𝒍𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒊𝒑𝒑𝒆𝒅 𝒑𝒂𝒈𝒆𝒔 𝒐𝒇 𝒎𝒊𝒏𝒆.

No responses yet