Kalau pada saat itu Jungwon masih terlalu kecil untuk dapatkan apa yang ia mau, maka saat ini ia sudah merasa cukup dewasa untuk mendapatkan itu. Jungwon ingin adik. Titik.
Sudah jauh hari ia pikirkan hari ulang tahun serta hadiah apa yang akan ia minta untuk itu. Namun yang anak 13 tahun itu dapati hanya permintaan yang menggantung dari kedua orang tuanya. Sejak pagi tadi, sejak saat Jungwon utarakan permintaan kecilnya pada papi dan papa, ia sama sekali tak dapati balasan apapun pada room chat itu. Seolah-olah kedua orang tuanya itu buta akan permintaannya kali ini.
Jungwon tidak paham juga sebenarnya, padahal yang diinginkannya bukan sesuatu yang mahal yang perlu buat papa kesayangannya itu banting tulang. Ia hanya ingin papa dan papinya berikan teman main untuknya. Teman main yang tidak perlu buat dirinya harus berjalan panas-panas keluar hanya sekedar untuk bermain.
Ia ingin adik kecil, adik yang akan selalu ia cinta dan lindungi sepenuh hati sama seperti Jiyeon yang melindunginya saat kecil.
Malam itu, bibirnya dikerucutkan, makan malam tidak dihabiskan, Jungwon pergi ke atas kamarnya tinggalkan meja makan dengan piring dan sisa nasi goreng ayam yang baru dua sampai tiga kali disentuhnya. Sunghoon tahu betul anak laki-lakinya itu kecewa berat. Padahal rencananya setelah makan malam usai, baru ia akan keluarkan kue ulang tahun untuk Jungwon. Tapi keadaan memang benar-benar sedang tidak mengizinkannya.
Sementara itu sang kepala keluarga kini perlahan mengusap punggung yang tercinta, tenangkan perasaan sedih yang kian memuncak hingga buat Sunghoon nyaris meneteskan air matanya atau terlambat sudah, rupanya air mata itu sudah menetes basahi pipi lembut Sunghoon.
“Nanti kita omongin lagi sama adek ya sayang…” Jongseong bawa tubuh yang sudah lemah itu bersandar padanya, biarkan Sunghoon tumpahkan seluruh air matanya dalam peluknya.
[ ]
rain